30 : Pendukung Rahasia

14.7K 1.7K 411
                                    

“Semua yang memabukkan itu haram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua yang memabukkan itu haram. Tetapi melihat senyummu yang memabukkan itu halal.”

— M. Fillah Sahef al-Anshari —

•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•

-
-
-

'JANGAN PERNAH MENYALAHKAN DIRI HANYA KARENA OMONGAN MEREKA!'

Lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya, Ilana mendapati kata-kata itu yang tertulis pada secarik kertas kecil yang tertempel di mejanya. Kata-kata penyemangat dan dukungan yang entah ditulis oleh siapa.

Ilana mengeluarkan beberapa kertas kecil berwarna-warni dari dalam tasnya. Kertas-kertas tersebut yang selalu Ilana temukan di mejanya setiap pagi sejak beberapa hari terakhir. Tulisan yang ada di sana pun sama seperti yang ia temukan pagi ini.

Sekarang Ilana semakin penasaran siapa yang ada di balik secret note yang tertuju padanya. Rasa penasarannya membumbung tinggi melebihi rasa penasaran akan surat teror yang pernah ia dapat. Jika dulu Ilana hanya menganggap sepele teror terhadapnya, kini Ilana menganggap serius surat dukungan untuknya dan semakin ingin mencari tahu. Sebab, di saat hampir semua orang membenci dan mengucilkannya, ada seseorang yang diam-diam mendukungnya.

Ilana berpikir, tidak mungkin teman sekelasnya. Meski teman-temannya sudah tidak menggunjing Ilana lagi, namun mereka masih menjauh dan enggan berdekatan dengannya, tidak seakrab dulu. Pun dengan mahasiswa dari jurusan lain, Ilana pikir itu tidak mungkin.

Saking berlarut dalam pemikirannya, Ilana tidak sadar jika Yesi sedang memandanginya sejak tadi. Yesi mengernyitkan kening, heran dengan apa yang tengah dilihat oleh Ilana yang masih menunduk ke bawah.

Yesi sedikit mencondongkan tubuh ke arah Ilana. "Ila, kamu lagi ngapain? Kenapa terus menatap ke bawah?" tanya Yesi, sontak membuat Ilana terkesiap dan tersadar.

Ilana langsung memasukkan beberapa kertas di tangannya ke dalam laci. Kemudian beralih menatap Yesi yang masih tampak penasaran.

"Nggak ada apa-apa, Yesi."

Seperti sebelumnya, Ilana lagi-lagi berbohong dan menyembunyikan tentang note yang selalu ia dapatkan. Biarlah menjadi rahasia sementara. Sama seperti dulu ia menyembunyikan surat teror yang sampai sekarang masih belum diketahui pelakunya.

*
*
*

Matahari kembali mendudukkan diri di atas takhta yang dengan setia dipersiapkan oleh langit. Memancarkan terik, menghapus duka yang menjelma menjadi rintik-rintik tak terbendung sejak pagi tadi.

Kini Sang Raja Siang kembali berkuasa. Namun, bukannya menyapa atau sedikit bercengkerama, perempuan bercadar itu lebih memilih bergelayut manja pada mimpi yang fana. Meninggalkan sejenak dunia yang penuh tipu daya.

Serambi MasjidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang