08 : Ikatan

24.7K 3K 135
                                        

"Bukan karena bertemu maka berjodoh, tapi karena berjodoh maka bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukan karena bertemu maka berjodoh, tapi karena berjodoh maka bertemu."

•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•

-
-
-

Sejak seminggu terakhir, baik santri maupun keluarga pesantren sibuk menyiapkan pernikahan Gus mereka. Setelah pihak pesantren mengumumkan tanggal pernikahan sang Gus dengan salah satu dari teman mereka, tentu saja mereka terkejut dan bertanya-tanya, bahkan tak sedikit yang mengira kejadian di danau malam itu adalah benar. Namun, anggapan mereka ditolak keras ketika pihak keluarga pesantren menyatakan kejadian yang sebenarnya, dan yang sebelumnya mereka kira hanyalah kesalahpahaman.

Ditetapkanlah acara pernikahan pada hari Jum'at yang akan dilaksanakan setelah shalat ashar.

Meski ada juga yang bertanya-tanya kenapa Gus-nya tetap menikahi perempuan itu meski semuanya tidak benar, namun para santri tak lagi mempermasalahkan. Toh, mereka tidak boleh mengurusi urusan orang lain. Jadi, mereka hanya melaksanakan apa yang diperintahkan oleh para pimpinan pesantren untuk membatu mempersiapkan acara tersebut. Santriwati membantu di bagian catering, sedangkan santri putra membantu dalam mempersiapkan dekorasi serta berlatih hadroh untuk acara tersebut.

Di salah satu kamar di Ndalem, seorang perempuan dengan dandanan khas pengantin tengah duduk seraya mematut dirinya di depan cermin. Ia bergeming dengan pikiran yang kosong. Perempuan itu bingung dengan perasaannya sendiri, entah harus bahagia atau sedih di hari pernikahannya.

"Bapak nggak mau datang dan jadi wali nikah kamu."

Ucapan Cakra tadi pagi terngiang di kepalanya.

"Mas sudah coba bujuk Bapak, tapi Bapak terlalu kecewa sama kamu. Kamu tenang saja, Mas yang akan gantikan Bapak menjadi wali nikah kamu. Mas juga sudah bilang ke keluarga Gus Fillah kalau Bapak terpaksa nggak datang karena banyak kerjaan di Batam, jadi mereka nggak akan curiga."

Ilana menatap pantulan dirinya di cermin, lalu tersenyum getir. Menertawakan betapa tidak beruntung nasibnya. Bahkan, bapak kandungnya sendiri enggan menjadi wali nikahnya.

"Hari ini hari terakhir Ila jadi anak Bapak. Setelah ini, Ila akan menjadi milik orang lain. Tapi, kenapa Bapak nggak mau mengantarkan Ila untuk terakhir kalinya?" monolognya dengan suara sendu.

Kata orang, carilah suami yang seperti ayah kalian. Sebab ayah adalah cinta pertama seorang anak perempuan. Tapi, bagi Ilana, ia tidak ingin memiliki suami seperti bapaknya. Ia berharap Fillah akan lebih baik daripada bapaknya. Menurutnya, Bapak memang cinta pertamanya, namun Bapak juga patah hati pertama baginya.

Serambi MasjidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang