03 : Cita-cita?

26.1K 2.8K 49
                                        

Terkadang kita lupaDunia ini tak akan selamanyaMenunggu kitaMenaklukan ragu beranikan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang kita lupa
Dunia ini tak akan selamanya
Menunggu kita
Menaklukan ragu beranikan diri

-Kejar Mimpi by Maudy Ayunda-

•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•

-
-
-

Cita-cita. Dua kata yang setiap orang pupuki dengan penuh harapan. Dua kata yang mampu mengubah masa depan jika dapat terwujud, namun tidak merusaknya meski tak terwujud.

Ilana masih ingat bagaimana gurunya di Taman Kanak-Kanak memberitahu tentang apa itu cita-cita. Itulah saat di mana Ilana mengenal istilah tersebut. Gurunya menjelaskan bahwa, cita-cita adalah apa yang kita impikan, inginkan, dan harapkan di masa depan. Dengan cita-cita, kita akan semangat untuk menjalani hidup dan berjuang untuk apa yang ingin kita raih.

Penjelasan Ibu Guru membuat Ilana takjub sekaligus senang dengan apa yang baru ia ketahui. Hingga pada saat gurunya memberikan PR untuk menggambar tentang apa cita-cita para muridnya, perempuan itu menggambar tiga cita-cita sekaligus dalam selembar kertas buku gambar.

"Kok ada tiga gambar?" Mama bertanya ketika melihat buku gambar Ilana yang terdapat gambar astronot, dokter, dan juru masak dengan tulisan 'Cita-cita' di atasnya. "Ila pengin punya tiga cita-cita?"

Gadis kecil itu mengangguk senang. "Iya, Ma. Ila pengin jadi astronot biar bisa ajak Mama ke bulan. Ila juga pengin jadi dokter biar bisa sembuhin Mama kalau Mama sakit. Satu lagi, Ila pengin jadi chef biar Mama nggak capek-capek masak," ujarnya dengan wajah ceria.

Mama yang merasa tertarik dengan pembahasan Ilana, lantas mendudukkan gadis kecil itu di atas pangkuannya. Tangan Mama mulai bergerak, mengelus lembut rambut putrinya yang terurai. "Ila boleh punya banyak cita-cita. Justru itu bagus. Tapi, Ila harus ingat, cita-cita bukan hanya sebuah keinginan, tapi juga perjuangan. Cita-cita nggak harus menjadi orang yang hebat, tapi jadi orang yang sukses. Dan orang sukses nggak harus kaya, tapi orang sukses adalah orang yang berhasil dengan usahanya sendiri berapa pun hasilnya."

Ilana terdiam di pangkuan Mama. Tetap mendengarkan petuah Mama seperti sebuah dongeng meski tak masuk ke dalam otak kecilnya.

"Kalau suatu hari nanti Ila jadi astronot, dokter, atau chef, berarti itu rezeki Ila, alhamdulilah. Tapi, kalau Ila nggak bisa menjadi ketiganya, Ila bisa jadi orang sukses dengan cara Ila sendiri. Ila nggak boleh nyerah hanya karena satu kegagalan, tapi Ila masih punya banyak hal untuk digapai dengan cara Ila sendiri."

Dulu Ilana tidak paham dengan apa yang dikatakan mamanya. Tapi, seiring berjalannya waktu hingga dirinya beranjak dewasa, Ila memahami perkataan Mama yang penuh makna itu. Cita-cita tidaklah semudah yang ia bayangkan ketika masih anak-anak ataupun remaja. Masa depan juga tidak seindah perkiraannya. Semua itu butuh perjuangan yang benar-benar berat, mengorbankan seluruh apa yang ia punya. Bahkan, ia sampai menyesal karena pernah mengatakan jika menjadi dewasa itu menyenangkan.

Serambi MasjidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang