36 : Asem Kecut Gula Legi

6.3K 856 141
                                    

Setelah sekian purnama, akhirnya berjumpa lagi sama Fillah dan Ilana yang mulai tumbuh rasa-rasa cinta:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sekian purnama, akhirnya berjumpa lagi sama Fillah dan Ilana yang mulai tumbuh rasa-rasa cinta:)

Dan seperti biasa, setiap bab SM itu panjang-panjang. Jadi, bacanya yang pelan dan diresapi.

Berikan vote dan komentar juga di setiap paragraf sebagai bentuk apresiasi dan dukungan kepada penulis yang sudah mendedikasikan diri menulis kelanjutan cerita ini di tengah-tengah kesibukan...^^

Saya harap, kalian bisa lebih antusias ^^

Jangan lupa ubah umpatan menjadi istighfar.


UPDATE SELANJUTNYA SETELAH 1,5K VOTE & 800 KOMENTAR!

Selamat membaca!





Jika kamu mengingatnya, kejadian itu sungguh takdir luar biasa yang telah Allah berikan.”

_________Serambi Masjid__________

-
-
-

Akibat kejadian konyol yang terjadi antara Fillah dan Ilana beberapa saat yang lalu, maka di sinilah kini mereka berada. Meski suasana di luar telah senyap dan gelap, namun tak dapat mengalahkan suasana di dalam ruangan ini yang mencekam dan penuh ketegangan.

Dua orang yang menjadi objek penglihatan ketiga orang yang lebih tua di sana; Ustadzah Marwah, Fahmi, dan Nabila, terdiam seribu bahasa dengan rasa tak nyaman. Sesekali Ilana menyenggol kaki sang suami yang duduk di sisinya agar membuka suara dan mencairkan suasana. Berpandangan sembari memberi isyarat, yang pada akhirnya hanya sia-sia, sebab apa yang mereka lakukan tak luput dari ketiga pasang mata yang terus menatapnya.

"Ekhem!" Suara dehaman Ustadzah Marwah memecah keheningan. Perempuan paruh baya itu mengulas senyum samar, lantas bertanya pada anak dan menantu keduanya, "Jadi, ada di antara kalian yang ingin menjelaskan perihal kejadian tadi?"

"Eum, Bun--" Fillah hendak mengucapkan kalimat sanggahan, namun tak sempat lantaran Fahmi tiba-tiba memotong begitu saja.

"Sudah, Bun, jangan diinterogasi kayak gitu. Kasihan mereka jadi tegang. Bahkan, telinga Fillah sampai merah, entah karena malu atau..?" ujar Fahmi menggantung kalimatnya sembari menahan tawa. Terlebih melihat Fillah yang tak menyuarakan pembelaan, Fahmi semakin gencar untuk menjahili dan memanas-manasi adiknya itu.

"Kalau diingat lagi, jadi deja vu juga, Bun. Kejadian yang sama, suasana yang sama, bahkan tempat duduk yang sama seperti enam bulan yang lalu," imbuhnya sembari menyapu pandangan ke seluruh sudut ruangan dan bernostalgia. 

Sementara itu, Ustadzah Marwah dan Nabila menanggapi dengan tawa. Memang benar, jika diulas dan diingat kembali, enam bulan yang lalu adalah hari di mana mereka berkumpul di ruang tamu ini dengan suasana dan duduk di kursi dengan posisi yang sama. Hanya saja, tentu ada sedikit perbedaan antara kejadian enam bulan yang lalu dan kejadian yang terjadi sekarang, yaitu status.

Serambi MasjidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang