14 : Kisah Pembawa Hikmah

18.1K 2.7K 47
                                    

“Apa pun kisah yang terjadi pada zaman Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, akan menjadi keteladanan bagi umat-umat selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apa pun kisah yang terjadi pada zaman Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, akan menjadi keteladanan bagi umat-umat selanjutnya.”

•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•

-
-
-

Setelah sedikit pertikaian yang terjadi beberapa saat yang lalu, Ilana memutuskan untuk berterus-terang, menceritakan tentang semuanya. Mengungkap semua kegelisahan yang selama ini terpendam dalam hati dan pikirannya. Seolah membagi semua yang ia rasakan kepada sang suami.

"Saya akan bicara ke dosen kamu untuk memberi hukuman yang setimpal kepada Nasya," ucap Fillah setelah mendengar cerita dari Ilana. Tangannya mendekap sang istri sembari menyender pada kepala ranjang.

Ilana mendongak. "Jangan, Gus."

"Kenapa? Semua yang sudah Nasya lakukan ke kamu itu sudah melampaui batas. Bukan cuma insiden menampar, tapi juga meniru karya kamu dan provokasi ke teman-teman fakultas kamu."

"Gus.. Nggak perlu. Nasya melakukanya atas dasar iri, sudah wajar begitu dalam persaingan. Lagipula, Gus pernah bilang kalau keburukan nggak harus dibalas dengan keburukan," tutur Ilana.

Fillah mengangguk membenarkan, namun kemudian menjelaskan, "Keburukan memang nggak harus dibalas dengan keburukan, bahkan kalau bisa, balas dengan kebaikan. Tapi, dalam masalah ini, bukan untuk menghakimi Nasya, tapi untuk memberi dia hukuman dengan tujuan mendisiplinkan dia dan memberikan efek jera agar dia nggak mengulangi hal yang sama lagi."

Laki-laki itu diam sejenak, mengambil nafasnya, kemudian melanjutkan lagi, "Dan hukuman itu juga bukan hanya untuk Nasya, tapi untuk semua orang yang melakukan kesalahan. Setiap hukuman diberikan untuk mendidik karakter mereka agar lebih baik. Apalagi provokasi dan kecurangan itu hal yang sangat salah, bisa berdampak bagi orang lain pula."

"Berarti Nasya tetap dihukum, Gus?" tanya Ilana.

"Iya."

"Tapi, Nasya temannya Ning Tyas, Gus."

Fillah sedikit menunduk untuk melihat wajah istrinya yang tampak cemas. Keningnya mengkerut heran. "Nggak ada hubungannya, Kiya. Salah tetaplah salah. Lagipula, apa yang kamu takutkan dari pertemanan mereka?"

Ilana menggeleng cepat. Enggan mengatakan jika ia takut Tyas akan membencinya karena selalu merusak kebahagiaan Ning-nya itu.

"Dan untuk kasus teror terhadap kamu, lebih baik pihak pesantren tahu." Fillah membuka suara, melanjutkan pembicaraannya.

"Lho, Gus... Nggak perlu. Ila yakin, tulisan-tulisan itu cuma kerjaan orang iseng," ucap Ilana.

Fillah menggeleng. "Kalau cuma orang iseng, nggak akan seniat itu. Teror itu pasti sudah direncanakan."

Serambi MasjidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang