32 : Kekurangan Bukanlah Kelemahan

15.7K 1.7K 497
                                    

“Layaknya pohon, kamu memiliki kemampuan untuk menginspirasi orang-orang yang ada di sekitarmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Layaknya pohon, kamu memiliki kemampuan untuk menginspirasi orang-orang yang ada di sekitarmu.”

—priluxyy—

•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•

-
-
-

"Anak-anak, supaya lebih seru, gimana kalau kita mainkan suatu permainan?"

Anak-anak yang tadinya sibuk bermain-main, kini serentak menoleh ke arah sumber suara, memusatkan perhatiannya kepada Arshad. Mereka lantas mengangguk berulang kali secara kompak sembari berseru menyuarakan kemauannya.

"Kak Arshad, Kak Arshad... Permainannya mudah, tidak?" tanya seorang anak perempuan yang membuat Arshad serta-merta mengetukkan jari ke dagunya, seolah tengah berpikir.

"Hm, mungkin sedikit sulit."

Mendengar jawaban Arshad, anak-anak tak lantas berkecil hati.  Justru permainan yang sulit membuat merek merasa tertantang dan lebih bersemangat lagi.

"Kak Arshad, kalau kita menang, ada hadiahnya, tidak?"

Arshad tertawa dengan pertanyaan yang terlontar dari anak laki-laki berusia tujuh tahunan, begitu pula para orang dewasa yang ada di sana. "Sudah pasti, dong. Kalian bisa lihat di sudut ruangan. Ada plastik besar berisi hadiah, dan nanti Kak Dewa yang akan membagikannya untuk para pemenang," ujarnya, menunjuk ke suatu arah.

"Yeay! Kalau begini, kami semakin semangat, Kak!" Salah seorang anak berseru gembira, diikuti teman-temannya yang lain yang juga heboh tatkala melihat ada hadiah di pojok ruangan yang tengah mereka tempati. Senang, tentu saja. Hal sekecil itu sangat membahagiakan bagi anak-anak yayasan tersebut.

"Baik, baik. Kalau begitu, kita mulai permainannya, ya? Kak Sahef yang akan menjelaskan bagaimana cara bermainnya."

Fillah kini mendekat, menghampiri anak-anak dengan membawa satu plastik besar berisi bola berwarna-warni. Ia menyerahkan satu per satu bola tersebut kepada anak-anak secara menyeluruh.

"Pertama-tama, tulis nama kalian pada bola milik kalian masing-masing. Dihias sesuka kalian juga boleh," pinta Fillah kepada anak-anak, dan mengundang persetujuan dari mereka.

Begitu bolpoin dibagikan, anak-anak mulai menulis nama pada bola mereka masing-masing. Dokter Dania, Arshad, Dokter Tata, Fillah, dan Ilana pun ikut membantu anak yang kesulitan untuk menulis atau menemukan kesulitan yang lainnya.

Tak lama kemudian, setelah anak-anak selesai dengan apa yang diperintahkan, Fillah mengumpulkan kembali bola-bola tersebut ke dalam plastik, dibantu oleh beberapa orang dewasa di sana juga. Dan selanjutnya, bola-bola tersebut Fillah tuangkan secara acak, sampai tumpah ruah tak tentu arah ke seluruh penjuru ruangan.

Serambi MasjidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang