[Romance - Spiritual]
Dunia Ilana itu hanya dipenuhi luka, derita, dan air mata. Terlebih, setelah mamanya tiada, rasa sakit yang Ilana rasakan kian luar biasa. Hingga Ilana lupa bagaimana cara untuk tertawa.
Kepahitan hidup yang semakin menjadi-ja...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat datang kembali di bab terbaru Serambi Masjid ~~
Syarat sebelum melanjutkan membaca bab ini:
Lakukan butterfly hug, lalu ucapkan, "Alhamdulillah, terima kasih diriku atas apa pun kebaikan dan kerja keras yang kamu lakukan. Kamu berhak dan pantas mendapatkan yang terbaik."
Selamat membaca! Jangan lupa awali dengan basmallah...
Jangan lupa untuk vote dan komen juga!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Seseorang yang mampu mencintaiku dan segala kekuranganku yang bahkan masih sulit untuk kuterima, dialah orang yang paling sempurna."
- Ilana Adzkiya -
_________Serambi Masjid__________
- - -
Semilir angin berembus cukup kencang, menerpa benda-benda yang berada di sekitarnya. Di atas sana, langit yang mulanya diselimuti cahaya merah senja yang adiwarna, kini berubah menjadi hitam pekat, seperti belum ada tanda-tanda kemunculan bintang maupun bulan sebagai penerang malam. Namun, kelamnya malam terkalahkan dengan kelamnya kisah yang baru saja Ilana dengar dari laki-laki yang duduk di sampingnya.
Terkadang ekspektasi manusia memang terlalu besar. Mereka menilai orang lain hanya dalam satu kali bersua. Menganggap orang lain sempurna berdasarkan apa yang dilihatnya. Mereka menyana tanpa tahu apa yang sebenarnya.
Padahal, tiada manusia yang sempurna. Sebahagia apa pun ia, pasti pernah mengalami kesakitan yang luar biasa.
Seperti halnya Fillah, Ilana sampai tak menyangka bahwa akan mendengarkan pernyataan menyedihkan mengenai hidup laki-laki itu di warsa lampau.
"G-Gus lagi nggak bercanda, 'kan?" tanyanya dengan sedikit terbata. Namun, laki-laki di depannya menggelengkan kepala sebagai tanda bantahan atas pertanyaannya.
"Mana mungkin saya bercanda tentang hal seperti ini, Kiya?" balas Fillah sembari melayangkan tatapan tanpa dusta. "Ya, saya pernah mengidap kanker dan nyaris meninggal," tambahnya.