[Romance - Spiritual]
Dunia Ilana itu hanya dipenuhi luka, derita, dan air mata. Terlebih, setelah mamanya tiada, rasa sakit yang Ilana rasakan kian luar biasa. Hingga Ilana lupa bagaimana cara untuk tertawa.
Kepahitan hidup yang semakin menjadi-ja...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat datang kembali di bab terbaru Serambi Masjid ~~
Terima kasih yang sudah setia menunggu cerita ini update ♡
Peringatan, untuk bab ini sampai beberapa bab selanjutnya adalah bab menuju klimaks, di mana mungkin mengundang emosi pembaca. Jadi, diharapkan kalian membaca bab ini jangan dalam keadaan badmood atau sedang memiliki banyak pikiran, terlebih saat puasa. Harap sabar juga dan semoga bisa bertahan :)
Semoga kalian bisa mengambil amanat dari setiap bab.
Selamat membaca! Jangan lupa awali dengan basmallah...
Jangan lupa untuk vote dan komen di setiap paragraf juga!
Tolong tandai kalau ada typo, ya^^
“Izinkan aku membencimu, Gus."
- Ilana Adzkiya -
_________ Serambi Masjid __________
- - -
Suara pintu terbuka dan disusul suara salam yang familier namun amat dirindukan, membuyarkan lamunan Ilana. Kedua tangan yang sedari tadi sibuk menyuguhkan makanan seketika terhenti pada sentuhan terakhir. Ilana tahu siapa yang datang, maka ia pun segera menghampiri sumber suara tersebut. Tak lupa menormalkan raut wajahnya lebih dulu agar lebih semringah.
Sosok Fillah didapati sudah berdiri di belakang pintu. Ilana menyambut dengan mengulas senyum penuh ketulusan lantaran dapat melihat dengan jelas pun secara dekat wajah laki-laki yang sudah ia tunggu-tunggu. Ia pun lekas meraih tangan kanan Fillah untuk kemudian dikecup takzim.
"Gus pasti lelah banget, ya? Ayo masuk. Ila sudah siapkan makanan kesukaan Gus," ujar Ilana sembari menggamit lengan sang suami, lantas mengajaknya ke ruang makan.
Ilana menarik kursi dan mempersilakan Fillah untuk duduk. Berbagai macam makanan enak yang merupakan kesukaan Fillah tertata rapi di atas meja makan. Uapnya masih mengepul karena baru saja matang. Ilana mendapat saran dari Nasya bahwa di kondisi yang seperti ini, ada baiknya ia menghibur Fillah meski sekadar dengan memasakkan makanan yang disukai laki-laki itu. Ilana pun memahami seberapa lelahnya sang suami. Jadi, sepulang dari Ndalem, Ilana buru-buru bergelut dengan peralatan dapur, bahkan sampai lengannya terluka karena terkena minyak panas pun tidak ia hiraukan.
Di sisi lain, Fillah memiliki persepsi yang berbeda begitu memandang makanan yang seharusnya menggugah selera tersebut. Perkataan Fahmi beberapa saat yang lalu mendadak berkelebat di dalam benaknya. Ia berpikir apakah dirinya sudah benar-benar memahami Ilana atau tidak, apakah Ilana sungguh melakukan hal yang sama sekali tidak ia sangka.
"Gus mau lauk apa saja? Sup salmonnya? Tempe bacem? Atau sama terong balado sekalian?" Ilana bertanya sembari menatap ke arah Fillah lalu bergulir pada makanan yang sedang ia ambil untuk mengisi piring sang suami.