[Romance]
Dunia Ilana itu hanya dipenuhi luka, derita, dan air mata. Terlebih, setelah mamanya tiada, rasa sakit yang Ilana rasakan kian luar biasa. Hingga Ilana lupa bagaimana cara untuk tertawa.
Kepahitan hidup yang semakin menjadi-jadi, membuat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat datang kembali di bab terbaru Serambi Masjid ~~
Syarat sebelum melanjutkan membaca bab ini:
Lakukan butterfly hug, lalu ucapkan, "Alhamdulillah, terima kasih Allah, telah melapangkan hatiku, menguatkan jiwaku, dan membuatku mampu bertahan di titik sekarang."
Selamat membaca! Jangan lupa awali dengan basmallah...
Jangan lupa untuk vote dan komen juga!
Tolong tandai kalau ada typo, ya^^
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Semua yang ada dalam dirimu adalah milik Allah, dan saya termasuk orang beruntung yang dapat melihatnya, termasuk keindahanmu.”
- Fillah Sahef -
•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•
- - -
"Hatschi!"
"Ha-hatschii!"
"Hatschiiii!"
"Hatschi!"
Suara bersin dari dua orang yang berlawanan jenis itu saling bersahut-sahutan, menggema memenuhi keheningan ruang tamu Ndalem. Ustazah Marwah yang datang dari arah kamar sembari membawa selimut, menggeleng-gelengkan kepala tatkala memandang putra kedua dan menantunya terduduk lemah di sofa.
Perempuan paruh baya itu menyentuh kening Fillah dan Ilana secara bergantian. Panas. Temperatur tubuh sepasang suami-istri itu sama-sama menandakan jika mereka tengah demam.
"Kok kalian bisa flu barengan begini?" tanya Ustazah Marwah dengan heran.
Alih-alih menjawab, Fillah maupun Ilana hanya mampu menggelengkan kepala pertanda tidak tahu. Mereka sibuk bersin-bersin dan menghabiskan lembar demi lembar tissue untuk mengusap lendir di hidung masing-masing. Mata mereka memerah serta sayu.