48 : Ombak Kerinduan

4.5K 459 148
                                    

Selamat datang kembali di bab terbaru Serambi Masjid ~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat datang kembali di bab terbaru Serambi Masjid ~~

Syarat sebelum melanjutkan membaca bab ini :

Tolong luangkan waktu sejenak dan berikan Al-Fatihah serta salawat untuk saudara kita di Palestina. Terima kasih.

Selamat membaca!
Jangan lupa awali dengan basmallah...

Jangan lupa untuk vote dan komen di setiap paragraf juga!

Tolong tandai kalau ada typo, ya^^

“Ada kalanya kita dihadapkan dengan dua pilihan. Memilih dia yang datang setelah lama menghilang, atau dia yang selalu ada namun kini pergi tanpa kembali.”

– Ilana Adzkiya —

_________ Serambi Masjid __________

-
-
-


Hari ini suasana di Pesantren Al-Hidayah cukup ramai. Para orang tua santri datang untuk mengunjungi putra-putri mereka yang tengah menimba ilmu. Melebur rindu yang tertahan selama satu bulan, dan mengakhirinya dengan bertemu.

Sedari tadi, Ilana duduk di teras Ndalem dengan pandangan terfokus ke arah taman pesantren, di mana orang tua santri dan anak-anaknya berada. Ilana terharu saat melihat para santri dan orang tuanya saling berpelukan, mengecup kening dan pipi, bercanda tawa, dan sebagainya. Ilana bahkan sampai hanyut dalam suasana tersebut.

Ia melihat Muna dan Hanum yang juga dikunjungi oleh kedua orang tuanya, bahkan lengkap dengan adik dan kakak mereka. Sedangkan Yesi, ayahnya adalah pengusaha tambang dan ibunya bidan, sehingga kesibukan mereka membuat tidak dapat datang berkunjung. Terlebih, tempat tinggalnya yang berada di Kalimantan mengharuskan Yesi hanya beberapa bulan sekali untuk bertemu dengan kedua orang tuanya.

Yesi sudah terbiasa dan ia pun tak masalah akan hal itu. Sekarang justru perempuan itu tengah berbaur dengan orang tua Muna dan Hanum, saling bercengkrama dengan akrab layaknya orang tuanya sendiri.

Pandangan Ilana terhenti saat melihat ke arah salah seorang santriwati yang merupakan adik kelasnya. Santriwati itu diperlakukan dengan sayang oleh kedua orang tua dan kakak laki-lakinya. Interaksi bahagia mereka  membuat Ilana hanya mampu mengulas senyum kecil. Terlebih, ketika ayah santriwati tersebut tampak memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang dan sesekali memberi semangat.

Ilana berpikir, mungkin jika keluarganya harmonis seperti itu, ia akan merasa sangat beruntung. Ilana akan semakin semangat dan rajin menimba ilmu di pesantren. Tanpa adanya pikiran yang mengganggu, melainkan dukungan yang terus tersimpan dalam kalbu.

Namun tak apa, Ilana mencoba menerima apa yang ia punya sekarang. Ilana yakin, apa yang telah terjadi adalah hal yang terbaik. Kebahagiaannya saat ini pun sudah lebih-lebih dari sebelumnya. Diperlakukan dengan baik dan disayang oleh keluarga Fillah merupakan hal yang sangat ia syukuri. Ilana kini memiliki rumah yang mengelilinginya dengan mereka yang sayang padanya.

Serambi MasjidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang