[Romance]
Dunia Ilana itu hanya dipenuhi luka, derita, dan air mata. Terlebih, setelah mamanya tiada, rasa sakit yang Ilana rasakan kian luar biasa. Hingga Ilana lupa bagaimana cara untuk tertawa.
Kepahitan hidup yang semakin menjadi-jadi, membuat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Konsep cinta menurut Habib Umar bin Hafidz : Setelah saling sesuai akan datang sikap saling menjaga, setelah saling menjaga akan datang sikap saling menyayangi dalam cinta.
•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•
- - -
Sudah lama semenjak Ilana selesai memasak sarapan, ia menunggu Fillah pulang dari masjid. Entah kenapa, waktu berjalan begitu lambat. Ilana ingin cepat-cepat melihat wajah rupawan suaminya.
Berkali-kali Ilana membuka tirai dan mengintip ke luar, memastikan kedatangan Fillah. Namun, yang didapatinya hanyalah halaman rumah yang kosong dengan suasana lampu temaram yang belum dimatikan. Gerbang rumahnya tidak terbuka juga, membuat Ilana mondar-mandir tak tentu arah.
Ia juga tak tahu apa yang tengah terjadi dengan dirinya sendiri. Apa karena dirinya yang lega mengetahui bahwa saat ini Fillah tengah mengadakan rapat untuk menyelesaikan masalah teror terhadapnya? Atau karena Fillah yang memberitahu akan mengajaknya ke luar setelah sarapan? Atau karena alasan lain? Ia pun tak tahu.
"Assalamu'alaikum."
Ilana yang semula memutuskan untuk ke dapur, langsung berlari ke ruang tamu lagi. Menghampiri pintu dan membukanya untuk sang suami.
Wajah tampan itu terpampang jelas setelah pintu terbuka. Setiap selesai waktu subuh dan melihat Fillah dari balik pintu, benar-benar membuat Ilana terkagum-kagum akan laki-laki itu. Selalu tampak segar, dengan wajah meneduhkan yang membuat siapa saja yang melihatnya merasa tentram dan damai. Sampai-sampai, Ilana menjuluki Fillah dengan sebutan 'Pangeran Subuh'.
"Wa'alaikumussalam," jawab Ilana. Diambilnya tangan berurat Fillah, lalu menciumnya dengan sepenuh hati, mencari keberkahan di pagi hari.
Setelah itu, Ilana mengajak Fillah menuju dapur untuk segera sarapan. Mengambilkan nasi serta lauk pauk yang telah ia masak dengan penuh perasaan.
"Maaf ya, Gus, Ila cuma masak ini. Bahan-bahan di kulkas sudah habis," ucap Ilana sembari memandang sayur bayam dan omelette yang disuguhkan di atas meja.
"Nggak apa-apa. Apapun yang kamu masak akan saya makan," jawab Fillah dengan suara tenang. "Lagipula, masakan istri itu berkah untuk suami," sambungnya.
Senyum merekah terbit di wajah Ilana mendengar jawaban Fillah. Lagi-lagi, suaminya itu membuat dirinya senang.
* * *
Karena bahan makanan yang sudah habis, serta ada beberapa perlengkapan rumah yang masih kurang dan belum sempat terbeli, pagi ini setelah sarapan Fillah mengajak Ilana untuk berbelanja.
Keduanya memasuki sebuah gedung besar berlantai tiga, atau biasa disebut sebagai mall. Mungkin karena Ilana memiliki tubuh yang lebih pendek dari Fillah, ia tertinggal beberapa langkah di belakang laki-laki itu. Sudah berkali-kali menyamai langkah Fillah pun tetap tertinggal, sehingga ia keteteran.