09 : Bersama yang Asing

22.6K 2.7K 162
                                    

"Cinta tidak pasti datang dengan cepat, tapi cinta datang di waktu yang tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cinta tidak pasti datang dengan cepat, tapi cinta datang di waktu yang tepat."

Serambi Masjid

-
-
-


Ilana mengira, setelah acara pernikahan selesai, ia akan dibawa ke Ndalem dan pindah ke kamar yang biasanya ditempati oleh suaminya, Fillah. Namun, ia dan barang-barang yang sebelumnya ada di asrama justru dibawa ke rumah yang tak asing baginya. Rumah yang selalu ia atau bahkan para santri lewati ketika berangkat ke kampus, rumah yang hanya berjarak beberapa meter dari Pesantren Al-Hidayah.

Perempuan itu memandang takjub rumah yang baru ia masuki. Rumah berlantai dua dan bernuansa putih itu memiliki arsitektur yang terkesan sederhana, namun membuat nyaman.

"Kamu pasti bertanya-tanya ini rumah siapa dan kenapa kita ke sini?"

Ilana menoleh ke arah samping. Kepalanya mengangguk perlahan sebagai jawaban atas pertanyaan Ustadzah Marwah. Jujur, ia penasaran.

"Ini rumahnya Fillah. Mulai sekarang, kamu sama Fillah tinggal di sini," ucap Ustadzah Marwah sukses membuat menantu barunya memasang wajah terkejut.

"Ila tinggal di sini sama Gus Fillah? Hanya berdua?"

Ustadzah Marwah terkekeh melihat ekspresi menantunya, lalu mengangguk. "Iya. Kamu tahu? Dari dulu Fillah pengin punya rumah sendiri. Katanya, biar bisa mandiri setelah berumah tangga. Jadi, dia kerja sambil kuliah, dan tercapailah keinginannya untuk punya rumah sendiri. Makanya setelah acara pernikahan kalian selesai, kamu langsung dibawa ke sini," ujar perempuan paruh baya itu.

Ilana sontak tertegun. Hebatnya suaminya itu, di umur yang masih terbilang muda sudah bisa memiliki rumah dengan uang hasil kerja kerasnya sendiri.

"Maafkan atas semua kesalahan Ila, Bunda," ucap Ilana ketika rasa bersalah muncul kembali di hatinya.

Ustadzah Marwah menggeleng-geleng. "Nggak, Sayang, kamu nggak salah apa-apa. Semua yang sudah terjadi adalah ketentuan dari Allah, jadi nggak ada yang harus disalahkan." Dielusnya kepala Ilana.

"Ya sudah, Bunda pamit ke pesantren, ya. Sekarang kamu bisa berduaan sama Fillah." Ustazah Marwah terkekeh kecil di kalimat terakhirnya, membuat wajah sang menantu memerah.

"Iya, Bunda. Hati-hati."

"Wassalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Setelah perginya Ustadzah Marwah, Ilana masuki kamarnya, di mana Fillah tadi membawa barang-barang dan kopernya. Ngomong-ngomong, suaminya itu izin mandi terlebih dahulu semenjak mereka memasuki rumah ini setelah memasukkan semua barang-barangnya ke dalam kamar.

Serambi MasjidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang