47 : Tetap Terikat Walau Bersekat

4.1K 419 127
                                    

Selamat datang kembali di bab terbaru Serambi Masjid ~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat datang kembali di bab terbaru Serambi Masjid ~~

Syarat sebelum melanjutkan membaca bab ini
:

Tolong luangkan waktu sejenak dan berikan Al-Fatihah serta salawat untuk saudara kita di Palestina. Terima kasih.

Selamat membaca!
Jangan lupa awali dengan basmallah...

Jangan lupa untuk vote dan komen di setiap paragraf juga!

Tolong tandai kalau ada typo, ya^^

“Jarak yang menjadi sekat tidak akan memisahkan dua insan yang sudah saling terikat.”

_________ Serambi Masjid __________

-
-
-

Menjelang keberangkatan Fillah ke Surabaya, laki-laki itu menitipkan Ilana di Ndalem bersama bundanya. Semua itu demi keamanan dan keselamatan Ilana, serta ketenangan Fillah yang tetap dapat menjaganya walau dari jarak jauh.

Sebenarnya sukar melepas kendatipun hanya sebulan saja. Jangankan waktu yang terdiri dari tiga puluh hari itu, satu hari tak berjumpa saja bak memasak tanpa garam dan gula, hampa. Namun, Fillah pun tidak dapat berbuat banyak dan harus mengenyampingkan sifat bucin-nya itu demi menjaga keprofesionalan dalam menjalani profesinya.

"Bun, halalkan makan dan minum Fillah, ya? Ridai setiap langkah Fillah."

Ustazah Marwah mengangguk sembari mengusap pucuk kepala Fillah. "Pasti, Nak. Kamu hati-hati, ya. Di sana jaga makan, jaga kesehatan. Semoga urusan kamu lancar sampai bisa kembali lagi ke sini dengan selamat. Jangan lupa kabarin Bunda dan istri kamu," pesannya kepada sang anak.

"Iya, Bund, In Syaa Allah," jawab Fillah, lantas menyalami telapak tangan sang bunda dengan takzim, diakhiri pelukan hangat.

Laki-laki itu kemudian beralih untuk menyalami kakaknya yang ada di sana, kakak ipar, begitu pun keponakannya.

"Ammu, jangan lupa oleh-olehnya, ya?" ujar anak perempuan yang berada di gendongan ayahnya. Kedua mata bulatnya berkedip lucu dengan binar yang mampu membuat siapa pun luluh.

"Hanin...." Sang ibu menegur.

Fillah hanya mengulas senyum, menatap keponakannya dengan dua kali anggukan mengiakan. "In Syaa Allah ya. Tapi, ada syaratnya kalau mau oleh-oleh."

"Apa, Ammu?" tanya Hanin.

"Cium pipi Ammu dulu ... yang banyak," ujar Fillah sembari menunjuk kedua pipinya, membuat sang keponakan mengangguk mengerti.

Fahmi pun menyondongkan tubuh putrinya mendekat ke arah Fillah. Hanin menghujani kecupan di seluruh wajah Fillah, membuat pamannya senang.

"Oke, Cantik, nanti Ammu beliin oleh-oleh yang banyak buat kamu."

Serambi MasjidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang