27 : Bukan Gila

15.1K 2K 379
                                        

•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•

-
-
-

Ilana membereskan alat tulis dan barang-barang di mejanya beberapa saat setelah dosen keluar dari kelas. Kemudian memasukkannya ke dalam tas ransel. Ia beranjak hendak menutup ritsleting tasnya, namun seseorang dengan cepat dan kasar menyenggolnya hingga tas itu jatuh dan isinya tumpah-ruah.

Sesegera mungkin ia mendongak. Netranya langsung melihat ke arah pelaku yang menabraknya dengan sengaja. Dapat ia lihat, Nasya memicingkan mata dengan tajam sembari tersenyum mengejek kepadanya. Tercetak jelas bahwa ada kemarahan di sana.

Nasya masih sangat kesal akan hukuman yang menimpanya. Nasya sudah tidak boleh mengikuti organisasi dan lomba atau event di kampus. Ia juga diskorsing mulai minggu depan selama dua semester. Ditambah hukuman dari pesantren yang mengharuskan dirinya membersihkan kamar mandi di asrama santriwati selama seminggu.

Hal itu sungguh memberi dampak buruk baginya. Teman-teman yang dulu menyanjungnya pun sekarang mengejeknya. Dan yang paling membuat Nasya marah adalah karena sahabat terbaiknya, Tyas, juga kecewa kepadanya. Semua itu membuat Nasya tidak bisa menerimanya begitu saja dan marah kepada Ilana lantaran mengira bahwa Ilana yang telah mengadu kepada Fillah.

Dalam benak Nasya, bukankah Ilana begitu munafik? Berlindung di balik wajah dan perilaku polosnya, seakan-akan perempuan itu manusia yang paling tersakiti. Padahal nyatanya, Nasya yakin kalau Ilana manusia licik. Memanfaatkan keadaan untuk merebut simpati semua orang.

"Dasar manusi bermuka dua!" maki Nasya dalam hati.

Sebelum benar-benar keluar dari kelas, Nasya menatap sengit ke arah Ilana yang juga tengah menatapnya.

"Kenapa berantakan, La?" tanya Novita, salah satu teman Ilana yang menghampirinya dari belakang. "Biar gue bantuin," sambungnya.

Ilana hendak menolak, namun Novita lebih dahulu berjongkok dan mengumpulkan isi tasnya yang berserakan. Yesi yang menyadari itu pun ikut membantu. Sedangkan Ilana hanya pasrah dan berterima kasih kepada mereka berdua, lalu mengambil tasnya.

Pandangan Novita jatuh pada beberapa plastik obat yang berserakan tepat di depan kakinya. Ia kemudian mengambil beberapa plastik obat tersebut. Hendak memberikannya kepada Ilana, namun mengurungkan niatnya ketika tak sengaja membaca tulisan yang tertera dalam plastik obat tersebut.

"Ilana, lo gila?"

Nada suara Novita yang lumayan keras mengundang atensi orang-orang yang masih berada di dalam kelas untuk segera melihat ke arahnya. Ilana dan Yesi tak kalah terkejut, lalu beralih menatap Novita.

Apa-apaan ini? Dengan seenak jidat, Novita mengeluarkan kalimat pertanyaan yang tak masuk akal itu.

"Nobita pacarnya Shizuka, kalau ngomong jangan sembarangan!" sentak Yesi yang tidak terima Ilana dikatakan gila.

Serambi MasjidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang