85. Another Talk With Jin

14 5 2
                                    

Rei sudah membuat janji dengan Jin. Sebelum Jin sampai di kantor, Rei memeriksa situasi di ruangan kerjanya. Pagi ini ruangan FiPro sudah mulai ramai karena ada deadline yang harus dikejar.

"Selamat pagi, sunbaenim!"

Rei tersenyum sambil membalas sapaan rekan-rekan kerjanya. "Bagaimana pekerjaan kalian? Apa ada kesulitan?"

"Sejauh ini tidak ada, sunbaenim."

"Aku akan menyerahkannya siang ini sebelum makan siang."

Mendengar jawaban yang begitu semangat membuat Rei tergelitik, merasa seperti kembali ke masa lalu. Apa jangan-jangan ini yang dirasakan Pak Han ketika dulu membimbingnya.

"Baiklah, aku mengandalkanmu ya," senyum Rei.

"Sunbaenim, aku ingin bertanya..." satu orang staff yang duduk di dekat jendela mengangkat kepala dan melakukan kontak mata dengan Rei.

Rei segera mendekat dan mendengarkan dengan seksama. Setelah itu dia memberi beberapa masukan dan petunjuk agar pekerjaan rekannya lebih mudah. Setelah 'menyetor muka', Rei duduk di kursi kerjanya dan memeriksa file. Tepat setelah membuat list target pekerjaan hari ini, Jin meneleponnya.

'Aku sudah sampai, ayo bertemu di ruangan meeting!' kata Jin dari seberang telepon.

"Baik, aku segera ke sana," Rei menjawab singkat. Tanpa sadar hal itu membuat rekan-rekannya berpikir seolah-olah Rei sedang menerima perintah untuk urusan pekerjaan.

Gadis itu beranjak dari duduknya sambil menenteng ponsel. "Aku ada di ruangan meeting, kalau ada hal penting kalian hubungi lewat telepon atau chat ya, teman-teman," pesan Rei sebelum pergi.

Rekan-rekan juniornya hanya mengiyakan sambil berpikir Rei benar-benar akan meeting. Yah, walau bukan urusan pekerjaan tapi ini termasuk sangat penting.

"Selamat pagi, hyung!" sapa Rei sambil membuka pintu dengan kasar, sampai membuat Jin tersentak. Dia sengaja.

"Astaga Rei, kau membuatku kaget!" Hyung yang mudah terkejut itu pun tersentak. 

"Hahaha maaf maaf, tapi aku senang melihatmu di sini hyung," Rei duduk di dekat Jin.

"Ada apa? Kau lagi-lagi memasang wajah seperti itu,"

"Wajah seperti apa?" Rei bingung.

"Kalau kau sedang bingung sampai tak tahu harus apa, wajahmu terlihat seperti orang yang jiwanya melayang entah kemana," Jin terkekeh melihat Rei yang menyimak lalu memasang wajah sebal.

"Ah, kau ini hyung! Kau selalu begini, terlalu banyak tahu," sungut Rei.

"Hahaha! Aku harus tahu dong, kan kau adik yang kujaga," di luar dugaan, Jin melontarkan godaan itu dengan pede. "Jadi apa yang membuat jiwa dan pikiranmu melayang-layang, duhai adikku?" Jin membalas perbuatan Rei yang tadi mengagetkannya dengan terus melemparkan olokan.

Rei menarik napas panjang, memilih untuk 'to the point' saja. "Haaah, entahlah hyung. Aku bingung harus mulai dari mana. Pagi ini aku sudah mengalami banyak hal. Ada Joel, ada hyung-ku, lalu perkataan Hobi..."

"Hobi? Emang apa yang dia katakan. Joel? Dia masih menghubungimu? Hyung-mu selain aku.. berarti Resha ya?" Jin berkomentar layaknya spektator acara bola.

"Satu-satu dong hyung, aku jadi semakin bingung kalau kau serang begini -_- Eh, kau ingat nama hyung-ku, Resha?"

"Ingat. Apa yang dia katakan padamu?"

"Dia tahu kalau kontrak ku akan habis tahun ini..." belum selesai bicara Jin langsung memotong.

"Eeh!? Habis tahun ini? Kok tidak terasa ya? Astaga Rei, aku sampai lupa. Itu artinya, kontrakmu habis di bulan-bulan saat kau datang... awal April ya?" gestur Jin langsung berubah.

7 Dwarfs & The Moon SpiritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang