34. Miss Cisel

72 19 7
                                    


Rei begitu kaget ketika melihat nona Cisel berdiri di depan pintu ruangan FiPro. Sosok wanita cantik nan ramping dengan setelan trendy yang begitu mempesona sedang melambaikan tangan ke arah Rei. Berapa kalipun dilihat, Rei tetap belum terbiasa dan kian merasa gugup saat melihat nona CIsel yang begitu cantik dan mewah.

Hari ini adalah rapat besar yang dihadiri oleh semua divisi. Dari divisi Fipro sendiri, rapat dihadiri oleh Pak Han dan Pak Ryung. Rei sudah mengira nona Cisel akan hadir juga. Namun ia tak menyangka sama sekali jika beliau bahkan menyempatkan diri untuk menyapanya.

"Pak Han, Pak Ryung, aku meminjam Rei sebentar ya," kata nona Cisel sambil tersenyum.

Kedua atasan Rei langsung mengiyakan. Rei segera bergegas ke depan pintu ruangan Fipro, dimana Nona Cisel berdiri.

"Tunggu apa lagi? Kau tidak ingin membawa ponselmu?" kata nona Cisel tiba-tiba.

"Eh?" Rei kebingungan.

Nona Cisel tersenyum kemudian berbicara dengan setengah berbisik "Aku sudah meminta izin atasanmu. Ayo Rei, kita jalan-jalan sebentar keluar,"

"Memangnya bisa nona Cisel?" Rei masih ragu-ragu.

Nona Cisel tersenyum sambil mengangguk yakin. "Ayo, cepat,"

Rei kembali ke mejanya dan mengambil dompet dan ponselnya. Setelah berpamitan dengan Pak Ryung dan Pak Han, Rei bergegas menyusul Cisel dan bersama-sama berjalan menuruni tangga. Rei menduga bahwa setelah rapat tadi nona CIsel pasti mengatakan sesuatu sehingga Pak Han dan Pak Ryung mengizinkannya begitu saja.

Kini hari sudah sore. Mereka berjalan menyusuri jalanan yang biasa Rei lewati bersama teman-temannya. Semakin jauh mereka melangkah, Rei semakin sulit mengenali jalan dan tempat-tempat yang dituntut oleh nona Cisel.

Seperti biasa, nona Cisel masih saja suka menanyai Rei mengenai apa dia kesulitan beradaptasi di sini. Dan Rei selalu bingung karena nona Cisel selalu suka membicarakan ini.

"Waah, luar biasa kau ini Rei. Aku tak menyangka kalau setengah tahun yang lalu kau bahkan sangat kesulitan berbahasa. Kini kau semakin mahir dan bahkan sudah seperti orang Korea saja," ujar nona Cisel kagum.

"Ini semua berkat bantuan semua orang nona Cisel. Aku sangat senang mendapatkan teman-teman yang sangat baik."

"Syukurlah. Sudah kuduga kau akan cocok dengan mereka," Cisel tersenyum manis sekali. Dia tampak... lega.

"Hm? Nona sudah menduganya?"

"Aha! Kita sudah sampai!" seru nona Cisel tiba-tiba.

Mereka berhenti di sebuah toko yang terlihat antik. Jalanan pun tak begitu ramai. Rei melihat tempat yang mereka masuki. sebuah kafe kecil dengan lokasi yang sedikit 'tersamar' karena dari luar tempat ini terlihat seperti toko buku tua. Interior yang sangat cozy dan nyaman, serta suasana yang sangat tenang.

"Aaah... Aku sangat suka kue di sini," nona Cisel tersenyum sambil menyandarkan bahunya. Matanya mengarah ke luar jendela mengamati orang-orang yang lewat.

"Aku baru tahu ada kafe ini di sini," Rei masih mengagumi tempat ini. Tempat penuh buku ini pasti akan sangat disukai oleh Namjoon, pikir Rei.

"Benarkah? Padahal tempat ini sangat dekat dengan kantor," kekeh Cisel tak percaya.

Rei dengan polosnya hanya menggeleng. "Tak pernah,"

Cisel tertawa sambil menggelengkan kepala. "Hidupmu membosankan sekali? Lain kali kau harus ajak pacarmu ke sini," ujar nona Cisel dengan cueknya sambil memandangi buku menu.

7 Dwarfs & The Moon SpiritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang