MINI STORY 7: Being Profesional Is Hard

39 11 0
                                    

Mendekati akhir tahun jadwal semakin padat, syuting tak berkesudahan pun dimulai. Setelah MV, practice, show di luar, dilanjutkan dengan tour dan fanmeeting. Tenaga yang terkuras habis masih dipaksakan untuk bekerja.

Rei mati-matian menjaga diri dan timnya agar tak ambruk. Sayangnya anak magang yang biasa terjun ke lapangan tumbang dan harus istirahat di rumah. Padahal mereka sudah mulai menjalankan jadwal tour.

Dia selalu memastikan semuanya berjalan sempurna. Sayang, walau sedetail dan sefokus apapun dia berusaha tetap saja ada yang tak berjalan dengan lancar. Hingga pada puncaknya...

"Kenapa gambar ini resolusinya jelek?" tanya Rei berhati-hati untuk tak meluapkan emosinya di depan mahasiswa magang.

"..."

Tidak ada jawaban, hening. Meski usia para magang yang bekerja di bawah Rei lebih tua, dia tak bisa mentoleransi kesalahan ini. Apalagi dialah yang bertanggung jawab atas mereka.

"Saya sudah ingatkan dari awal, jangan sampai ada yang missed. Kenapa hal sesepele ini masih bisa terjadi?" Rei menjaga tone suaranya tetap stabil.

Jiyan, langganan kru freelance yang selalu ikut serta di project Big Hit juga ada di dalam ruangan khusus kru FiPro tersebut. Dia hanya diam sambil menggelengkan kepala.

"Tidak ada jawaban?" Rei kembali menekankan kata-katanya.

"..."

"..."

Dua anak magang itu masih diam.

"Saya yakin anda sudah paham bagaimana teknisnya. Ini juga bukan pertama kalinya saya menempatkan anda sekalian di venue," kata Rei cukup tegas.

"Tidak usah berlebihan, sunbae. Anda lebih muda, tak seharusnya bicara setinggi itu dengan yang lebih tua," celetuk salah satu orang.

Rei mengangkat alis, syok mendengar jawaban barusan. "Pardon?" katanya, sedikit tak percaya sampai logat internasionalnya keluar.

"Lagian masih ada beberapa hari show lagi, video behind the scene itu masih bisa diambil. Anda berlebihan kalau marah hanya karena ini," sambung orang itu.

Emosi Rei tersulut, dia hampir saja kehilangan kesabaran. "Maaf? Chun-nim, apakah gambar beresolusi rendah ini miilik Anda?"

"Lagipula hari masih panjang, syuting masih berjalan," jawabnya lagi.

Rei menarik nafas, emosinya sudah diubun-ubun. "Ini adalah tempat bekerja, lingkungan profesional," dia menatap orang bernama Chun dengan tajam dan tegas.

"Kesalahan terburuk anda hari ini adalah tidak mengakui kesalahan dan malah berbalik marah. Nona Bong, saya harap anda bisa memberi sedikit pengarahan cara memastikan resolusi video pada tuan Chun. Intropeksi diri 15 menit, lalu kembali ke posisi masing-masing. Mohon kerja samanya rekan-rekan," kata Rei dengan ekspresi dingin, kemudian pergi meninggalkan mereka.

Semua orang terdiam, wajah Chun memerah malu. Hingga Rei meninggalkan ruangan itu, semua orang masih hening.

"Aku tahu aku tak pantas bicara seperti ini tapi kita harus mengakui, dia memang masih muda. Tapi Rei itu berdedikasi tinggi dan profesional. Anda seharusnya tak boleh seperti tadi, Chun-nim," kata Jiyan.

"Maaf... Sunbae..." kata Chun.

"Minta maaflah pada mentormu. Ada lagi yang tak kalian mengerti? Aku akan ajarkan," Jiyan menghela nafas kemudian menoleh sebentar ke arah pintu walau dia tahu Rei tak mungkin ada di sana.

Rei berjalan tanpa arah, berusaha menenangkan emosinya sebelum kembali ke panggung. Tanpa dia sadari kakinya berjalan dan membawanya ke ruang ganti. Saking sibuknya, Rei bahkan jarang berinteraksi dengan teman-temannya.

Sayangnya Rei tak sadar kekacauan apa yang sedang terjadi di belakang panggung selama dia tak ada. Lebih buruk. Belum sempat masuk, dia sudah menangkap pemandangan yang tak dia sukai. Bukan tujuh orang, hanya ada lima orang di sana.

Tak ada Yoongi maupun Taehyung. Perasaan Rei langsung digerogoti dengan rasa takut dan cemas. Mereka semua tampak tertunduk, tertekan, dan terpukul.

'Zzzztt Rei, bisa ke belakang panggung sekarang,' suara dari HT yang dipegang Rei berbunyi.

Matanya masih terpaku ke arah teman-temannya yang ada di tengah ruangan. Mata Namjoon sempat bertemu dengannya, tak ada kata-kata hanya sorot kesedihan dan putus asa.

"Baik Pak Han, saya segera ke sana," jawab Rei tanpa mengalihkan pandangan.

Sesuatu yang buruk sedang terjadi.

7 Dwarfs & The Moon SpiritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang