60. Is It Right?

64 11 0
                                    

Seseorang duduk di sebelahnya, tapi Rei masih juga tak bergeming. Tanpa menoleh pun dia tahu betul siapa orang yang sedang duduk di sebelahnya itu.

"Sedang apa kau di sini?" tanya orang itu.

"Aku mendengarkan lagu yang baru selesai kalian buat," jawab Rei kemudian mencopot headset yang sedaritadi menyelip di kedua telinganya.

Namjoon tersenyum kemudian menunduk, malu-malu. "Aiish," desisnya.

"Hahaha kenapa? 'Kan kau menunjukkannya untuk didengar," Rei mengerutkan kening sambil tertawa.

"Iya sih..." Namjoon menggaruk kepalanya.

"Terus kenapa?" Rei mengangkat alis, tak mengerti dengan tingkah temannya itu.

"Yah... tidak apa-apa, hanya perasaan emosional pribadi. Lagu itu punya arti yang sangat besar bagiku. Bagaimana menurutmu lagu itu?"

"... Bagus, aku suka. Aku juga merasa emosional sebenarnya," Rei mengangguk paham.

"Benarkah?" mata Namjoon berbinar.

"Iya... Meski aku tak pernah berdiri di atas panggung, tak langsung berhadapan dengan penonton, dan jadi pusat perhatian, aku bisa merasakan sensasi itu," kata Rei sambil menoleh ke arah Namjoon.

"Apalagi 'kan aku selalu ikut-ikutan kalian, mulai dari zaman di bandara enggak ada yang ikutin sampai dikejar-kejar wartawan, hehe," Rei menggaruk belakang telinganya.

"Aaha, I see... Huft...," Namjoon menghela nafas, terlihat lega.

"Lah? Hahahaha! Kau ini kenapa sih?"

"Hahaha entahlah ya, aku selalu merasa deg-degan kalau kau yang menilai hahaha! Sensasi tekannya hampir mirip seperti saat aku berhadapan dengan PDnim dan produser-hyung," katanya salah tingkah. Namjoon seperti bocah yang disuruh ngomong jujur.

"HAHAHAHA aneh sekali kau ini!" Rei tertawa, Namjooon pun ikut tertawa terbahak-bahak.

"Akhir-akhir ini rasanya kau sering membuat lagu yang bersifat personal. Tapi entah bagaimana bisa mengena," puji Rei.

"Aku berusaha... untuk berani jujur. Berusaha untuk menyampaikan apa yang sebenarnya ada di hati, karena menurutku hal-hal seperti itu pasti dialami oleh anak-anak seumuran kita. Aku ingin menyampaikan kalau kita ada di jalan yang sama, ayo kita berjalan bersama," jelas Namjoon, entah ke mana ekspresi malu-malunya tadi pergi.

"Aku setuju sih, mungkin itu sebabnya aku... feel attached that deep," Rei menolah ke arah Namjoon. 

Orang ini mengangguk-anggukkan kepala kemudian terlihat mengatur nafasnya. "Whoa!" serunya tiba-tiba, membuang nafas kasar.

Rei tersentak kemudian menapar bahu Namjoon cukup keras. "Aku kaget, tauk!"

"Ahahaha maaf maaf, aku masih gugup, hahahaha!" dia malah tertawa kencang.

Rei yang gemas akhirnya mendaratkan satu cubitan di lengan Namjoon hingga ia mengadu kesakitan sambil tertawa.

Jarang sekali mereka punya waktu tenang untuk mengobrol seperti ini karena belakangan ini jadwal para member semakin padat. Tak hanya syuting seperti sebelum-sebelumnya, mereka juga semakin banyak mengadakan konser. 

Sponsor mulai berdatangan. Bahkan Namjoon dan beberapa member sudah mulai ikut di acara reality show. Ini adalah satu hari istirahat setelah syuting MV dan sebelum jadwal padat kembali menyerang.

"Para member ada di lobby, kau tak ke sana?" tanya Rei.

"Tidak, sebenarnya tadi aku mau ke studio rekaman. Tapi karena melihat kau sendiri di sini, aku mampir. Biar kau kelihatan punya teman," ujar Namjoon dengan santai mengolok.

7 Dwarfs & The Moon SpiritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang