92. Closer

21 5 0
                                    

Rei ingin melepas penat sejenak dengan berjalan ke mini market dekat kantor. Syukurlah cuaca sore ini tak begitu dingin, sehingga dia bisa menikmati udara dengan nyaman.

Suasana kantor memang sedang sibuk-sibuknya karena sedang mempersiapkan syuting MV terbaru. Hanya dengan berjalan kaki seperti ini dia sudah merasa lebih lega.

Keluar dari pintu samping, Rei berjalan memutari gedung seolah dia hanya pejalan kaki yang kebetulan lewat. Dia tersenyum kecil saat melihat beberapa penggemar berhenti di dekat gedung dan bersorak membicarakan para member ada di dalamnya.

Dipikir-pikir pun, banyak hal baik yang terjadi belakangan ini. Dalam hitungan menit, pikirannya terusik karena sosok laki-laki tinggi besar yang menyebrang di depannya dan melambaikan tangan. Aha, Rei tahu siapa itu.

"Rei!" sapa orang itu dengan suara cerianya. Meski sedang mengenakan masker, Rei bisa melihat senyuman Joel lewat matanya.

"Sunbaenim, kau benar-benar punya banyak waktu luang ya," senyum Rei.

"Hehe, kebetulan aku sedang lewat. Kau mau kemana?" Joel ikut menyamakan langkah dengan Rei.

"Cuma mau ke minimarket sebentar," jawab Rei.

"Begitu ya. Kalau begitu aku akan ikut," sahutnya girang.

Mereka hanya diam sambil berjalan santai. Tak biasanya, Joel yang biasanya ramai kini berjalan tenang di sisinya. Kadang orang itu bergumam membuat senandung dari lagu dari musisi barat. Rei tahu lagu itu, dia juga menyukainya.

Belakangan ini Joel tak lagi menghujani Rei dengan chat. Awalnya Rei berpikir kalau dia sedang sibuk. Tapi pikiran itu langsung terpatahkan begitu melihat Joel di sini.

"Kupikir, kalian pasti sibuk sampai tak punya waktu luang," Rei akhirnya berbicara.

Joel menoleh, tampak excited. "Itu benar kok," katanya.

"Lalu kenapa sunbaenim selalu berkeliaran di sini?"

"Hahah aku benar-benar kebetulan sedang lewat. Pas sekali kau juga sedang lewat," senyumnya.

"Kupikir kau akan ke kantor lagi,"

"Oh benar juga, belakangan aku tidak bisa ke sana karena beberapa pekerjaan. Apa ini? Apa Rei merindukanku?" godanya.

Rei tertawa terbahak-bahak. "Hahah yang benar saja,"

Joel tersenyum lebar, merasa senang karena akhirnya bisa berbincang normal dengan gadis itu. Memang, Joel sedikit menjaga jarak agar Rei tak terlalu tertekan dengan kehadirannya. Tampaknya cara itu berhasil. Sekembalinya nanti Joel berniat untuk berterima kasih pada Hiro yang sudah menyarankan metode ini.

"Haah, padahal aku berharap kau merindukanku loh," candanya sambil berlagak sedih. "Haahh, aku sangat lelah karena belum cukup tidur beberapa hari ini. Aku jadi semakin lelah karena kau panggil 'sunbaenim' terus meneru," keluhnya.

"He? Apa hubungannya?"

"Ada dong. Aku jadi merasa semakin terbebani, coba saja kau panggil aku dengan namaku. Pasti aku lega seolah beban pekerjaan sudah lepas," Joel bertingkah merajuk.

"Tapi kan tidak sopan," Rei jadi bingung.

Joel ingin tertawa melihat Rei yang kewalahan. "Kalau tidak ada siapa-siapa kan tak berpengaruh juga," bujuknya.

Rei menghela napas. "Baiklah baiklah, aku tak memanggil 'sunbaenim' lagi," katanya.

"Benarkah?"

"Iya benar," jawab Rei, mengalah.

"Hehehe! Senangnya," Joel tersenyum lebar. Ingin melompat rasanya tapi dia tak bisa bersikap ceroboh di depan Rei.

Rei yang heran pun akhirnya tertawa. "Hahah kau ini aneh sekali,"

7 Dwarfs & The Moon SpiritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang