Hari ini aku benar-benar tidak melakukan apa-apa. Rekor hariku yang paling tidak produktif. Hal paling berat yang kulakukan hari ini paling ngangkat sendok saat makan siang sambil menonton Maharani mengurus bapak.
Maharani benar-benar cekatan sekali. Ia selalu satu langkah lebih cepat dariku setiap aku mencoba untuk ikut mengurus bapak. Mulai dari membuat teh sampai menyediakan semangkuk nasi. Jelas aku kalah telak.
Moodku jadi berantakan sepanjang hari. Seperti anak kecil yang berharap bisa di dekat orangtuanya, aku berharap bisa dekat-dekat dengan ayah Bima. Mengobrol dengan ayah Bima seperti dulu. Walaupun obrolan kami jarang nyambung. Tapi aku suka di dekat ayah Bima. Bukannya duduk diam tidak melakukan apa-apa.
Jadi sebagai bentuk demo, malam ini aku duduk di teras samping rumah. Menunggu Bima pulang. Mungkin aku mau marah-marah. Jenis marah yang ngambek sambil protes jengkel. Siapa tau kali ini, aku bisa marah jenis begitu.
Tapi begitu aku mendengar bunyi mobil Bima menderu. Kemarahanku pelan-pelan luntur. Apalagi saat aku melihat Bima keluar dan menutup pintu mobilnya. Bima tampak lelah. Ia melepas beberapa kancing kemejanya yang paling atas. Bibir Bima menyeringai singkat sebelum ia membenamkan wajahku di pelukannya.
"Bima?" Aku mendongak, mengintip dari sela-sela pelukan Bima.
Kulihat Bima hanya memejamkan mata memelukku tanpa tersenyum, "Kenapa kamu duduk disini?"
Aku mendengus, buru-buru mendorong tubuh Bima supaya menjauh dariku. Kemudian melipat kedua tanganku di depan dada. Seenggaknya kalau nggak bisa marah-marah aku bisa membuat diriku agak sedikit kelihatan seram. Supaya Bima takut.
Kenyataannya Bima malah mengikuti gerakanku, ia ikut-ikutan melipat tangannya di depan dada. Jangan lupa. Lengan Bima dua kali lebih besar dari lenganku dengan otot yang menyembul dari balik kemeja. Bima bahkan hanya butuh menelengkan kepalanya sedikit kesamping dengan ekspresi dingin untuk tampak sepuluh kali lebih seram dariku. Aku meringis. Gerakan Bima membuatku yang jadi malah merasa terancam.
"Kenapa?" Bima mengulang kembali pertanyaannya. Jelas Bima tau, kalau aku sengaja duduk di teras menunggunya berarti ada sesuatu.
"Bima belum makan malam? Kita ngobrol sambil makan di luar, boleh?"
"Ya." Jawab Bima singkat sebelum berjalan masuk ke dalam rumah.
Tanpa suara aku ikut berjalan masuk kedalam rumah mengikuti Bima. Bima terbiasa memasuki rumah melalui pintu samping, lewat garasi yang terhubung langsung dengan dapur kemudian tembus ke ruang makan. Yang aku tidak biasa itu ketika Bima tiba-tiba berhenti mendadak di depan pintu ruang makan, aku yang tidak siap langsung menabrak bagian belakang punggung Bima.
"Kamu ngapain?" Suara Bima yang berat terpantul dalam ruang makan rumah Bima yang berlangit-langit tinggi.
"Pak Bima. Ini saya masak untuk bapak. Siapa tau bapak belum makan." Aku melongokkan kepala dari balik punggung Bima. Melihat maharani sedang tersenyum sambil mengangkat sepanci sup. Saat itulah mataku dan Maharani tidak sengaja bertatapan, "Loh mbak Anna? Ternyata Mbak Anna belum pulang ya? Saya kira sudah pulang daritadi. Soalnya saya nggak lihat. Ini mbak, saya masak sup ayam. Mbak juga belum makan kan?"
"Uhm, belum." Jawabku singkat, sementara mataku teralih untuk meneliti ekspresi Bima. Bima hanya diam menatap Maharani. Wajah Bima sontak membuat senyum ramah Maharani berubah menjadi senyum canggung.
Aku menggigit bibir. Kasihan Maharani, dia pasti belum paham tabiat Bima yang beda langit dan bumi dengan ayahnya. Bima memang nggak mengatakan apa-apa. Tapi aku bisa melihat Bima tampak tidak nyaman. Tapi ini semua salah Bima juga, salahnya menyewa perawat profesional tanpa tanya pendapatku.
"Terimakasih." Bima mengangguk formal setelah aku menyodok punggungnya supaya Bima bersuara, "Tapi hari ini saya makan di luar dengan Nana dan kamu nggak perluh masak lagi untuk saya. Mulai besok saya juga akan pesan katering untuk makan siang dan malam hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Pujaan Hujan (completed)
ChickLitWarning for mature content,- Sequel read Angin pujaan hujan before, otherwise many things will confuse you Just simple short love story This works dedicated for people who likes sweet, simple, adult love story Enjoy