"Kamu nggak suka kopi. Kenapa minum kopi?" Tanya Bima. Dengan lembut ia mengambil secangkir kopi dari genggaman tangan Nana.
Nana mendongak menatap Bima. Untuk sepersekian detik raut kaget menghiasi wajahnya sebelum digantikan senyum.
"Bima." Bisik Nana dengan suara desahan lembut yang sama, memanggil nama Bima; di setiap saat Bima mencium bibirnya dalam waktu lama.
Bima menunduk membalas tatapan mata Nana tanpa senyum. Karena kalau Bima sampai melepaskan segala emosinya disini, Bima tidak akan tahan lagi untuk merengkuh Nana. Membenamkannya dalam pelukannya. Bahkan mungkin mencium bibirnya di hadapan semua orang.
Tapi ada satu hal yang harus di bereskan sebelum Bima membawa Nana masuk kedalam mobilnya; laki-laki yang kini berdiri dihadapan Nana dengan pandangan menilai menatap Bima.
"Bima, ini Kairo." Kata Nana begitu ia sepertinya menyadari tatapan mata Bima tertuju tajam pada Kairo.
"Saya Kairo." Sapa Kairo dengan senyum formal dan ia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Bima.
"Bima." Bima balas menjabat tangan Kairo sebelum tersenyum pendek dan menarik pinggang Nana mendekat kearahnya.
"Kairo itu teman sekantor Sarah di rumah sakit." Lanjut Nana dan entah bagaimana, tanpa sadar Nana mulai berbicara sambil menggigit satu jemarinya dengan wajah sangat lucu.
Gerakan yang membuat Nana tanpa sengaja terlihat terlalu cantik. Terlalu menggoda. Terbukti dari raut wajah Kairo yang langsung berubah begitu melihat perubahan wajah Nana. Mata Kairo seketika terbelalak tanpa kedip dan ia secara insting menelan ludah.
Bibir Bima mendesis marah. Wajah Nana, godaan terbesar untuk siapapun yang melihat. Bibir penuh merah dengan lengkungan yang membuatnya tampak selalu tersenyum di bingkai wajah boneka. Bagaimanapun juga, bukan seluruh salah Nana kalau gerakan sekecil itu membuatnya sangat mempesona.
Seketika alarm tanda bahaya berbunyi dalam kepala Bima. Dengan cepat Bima menarik jemari Nana dari bibir, menggandeng tangannya sambil mengangguk sopan untuk undur diri dari Kairo dan meminta Nana untuk mengikutinya berjalan ke mobil.
"Bima?" Panggil Nana, ikut berjalan tergesa mengikuti Bima dari belakang menuju ke halaman parkir mobil.
Bima memejamkan mata sepersekian detik. Menarik nafas panjang. Membuka pintu penumpang mobilnya dan mempersilahkan Nana untuk duduk.
"Bima mau antar aku pulang?"
"Apa kamu masih mau disini?" Tanya Bima balik dengan ekspresi dingin.
Nana menggeleng, "Aku mau pulang." Bibir Nana bergerak ragu, "Tapi aku harus pamit dulu.....dengan Sarah."
Bima menghela nafas dan perlahan menundukan wajahnya agar wajahnya sejajar dengan Nana yang terduduk di jok mobil penumpang.
"Pamit?" Bisik Bima cukup dekat dari wajah Nana, "Kamu sendiri kenapa pergi kesini tanpa penjelasan?"
Nana membelakan matanya. Wajahnya memerah saat bibir Bima hanya berjarak beberapa senti dari bibirnya.
"Maaf." Gumam Nana berkali-kali, ekspresi gugup mulai menyelimuti wajahnya, "Maaf. Harusnya aku ngasih Bima kabar. Maaf. Maaf... Maaf Bima...."
"Cukup. Berhenti." Perintah Bima marah.
Nafas Nana tercekat dan suaranya berubah semakin lirih, "Maaf Bima. Seharusnya aku nggak kabur dari masalah. Harusnya aku ngajak bicara Bima....Maaf."
Bima menggeram. Sudah cukup. Bima tidak akan tahan lagi mendengar kata maaf lebih dari ini. Dengan cepat Bima membungkam bibir Nana dengan bibirnya. Semua perasaan yang tidak bisa terkatakan dengan kata. Rasa peduli, frustasi dan sayangnya pada Nana. Sumber kelemahan dan kebahagiaannya.
"JANGAN MINTA MAAF LAGI. " Seru Bima kasar begitu ia melepaskan ciumannya dari bibir Nana.
Nana membasahi bibirnya dengan lidah sebelum menggigitnya. Lagi-lagi gerakan tanpa sadar yang membuat keberadaanya terlalu menggoda bagi Bima. Bagi siapapun.
"Karena aku pernah ngelakuin kesalahan yang lebih parah. Pergi tanpa kabar. Tanpa penjelasan." Bima mengecup bibir Nana kembali. Berkali-kali dan membasahi bibir Nana dengan lidahnya sendiri, "Harusnya aku yang minta maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Aku minta maaf, Na . Sejuta maaf pun nggak akan pernah cukup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Pujaan Hujan (completed)
ChickLitWarning for mature content,- Sequel read Angin pujaan hujan before, otherwise many things will confuse you Just simple short love story This works dedicated for people who likes sweet, simple, adult love story Enjoy