Part 42

1.4K 187 14
                                    

Aku menatap penampilanku di kaca untuk terakhir kalinya. Memastikan bunga-bunga yang di sanggul rapih dalam kepalaku masih tertata sempurna. Menarik nafas panjang untuk terakhir kali sebelum aku berjalan menuju ke hadapan para saksi pernikahanku. Di gandeng oleh ayahku. Sementara ibuku tidak sekuat ayahku, berjalan dibelakang kami. Beliau sudah menangis terharu sejak pagi. Sampai berkali-kali mengulang make up-nya. Supaya tidak rusak sebelum acara paling penting di mulai.

Dibantu ayahku, perlahan aku berjalan melewati jalan setapak di kelilingi oleh bunga-bunga dan pepohonan. Menuju Bima yang tersenyum di ujung jalan setapak. Sudah menungguku bersama dengan ayahnya yang duduk di kursi roda di temani seorang wanita paruh baya berwajah keibuan, pengasuh baru ayah Bima yang di pilih langsung olehku dan Bima.

Aku tersenyum geli ketika aku melewati deretan foto. Fotoku dan Bima dari semenjak kami kecil. Cerita hidup kami. Dimana hampir sepertiga hidupku hingga detik ini di hampir di habiskan bersama Bima dan kini aku akan menghabiskan sisa hidupku bersama Bima selamanya. Orang yang paling aku sukai sedunia.

Ketika langkahku semakin mendekat, Bima tersenyum semakin lebar menatapku sambil menjulurkan tangannya. Menyambut ku. Mengabaikan semua tarikan nafas tertahan para tamu undangan, penghulu, saksi pernikahan termasuk Sarah yang terang-terangan menatapku dan Bima tanpa kedip.

Aku balas tersenyum. Meletakan jemariku di telapak tangan Bima. Ini hariku paling bahagia. Yang tidak akan pernah ku lupakan seumur hidupku. Detik-detik Bima bukan lagi hanya menjadi mimpiku di saat aku tidur maupun terjaga, tapi menjadi bagian hidupku sampai aku tua nanti.

Angin Pujaan Hujan (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang