Melupakan kecanggungan perihal pita tadi, Catarina menyibukkan diri dengan memanggang adonan kue sementara Archeron berdiri tak jauh didekatnya sembari mengamati sebenarnya apa yang sedang Catarina lakukan dengan alat pemanggang dan loyang oven.
Archeron tidak tahu mengapa ia enggan berlatih memanah padahal tadi ia sangat untuk melakukan itu, namun sekarang pilihannya jatuh untuk memperhatikan Catarina yang sibuk mengobrak-abrik adonan dan mengotori banyak mangkuk.
Gadis itu bisa melakukan semuanya mulai dari memasak, membersihkan ruangan, merawat luka, memanggang hingga mengubah suasana hati seseorang. Archeron tanpa sadar tersenyum, suasana hatinya menghangat akhir-akhir ini.
Bisa dibilang adanya Catarina membuatnya tak merasa kesepian sehingga mendorongnya berhenti memikirkan hausnya kasih sayang dari seorang ibu.
Archeron jadi tidak lagi berusaha keras karena keinginan ibunya, melainkan usaha kerasnya saat ini atas dasar kemauannya sendiri untuk membela diri dan melindungi seseorang yang lemah, yang hanya tahu cara memasak dan meledek orang.
Melihat bagaimana Catarina sibuk dengan adonan, Archeron mulai bosan tetapi saat melihat ekspresi puas gadis itu ketika kue yang ada didalam oven matang seketika kebosanan yang menderanya beberapa detik lalu mendadak sirna.
Jemari lentik gadis itu dengan lihai menata kue di meja, memencet plastik berisik krim hingga membuat sebuah gunung krim tepat diatas cupcake buatannya. Lalu bibir tipis itu tersenyum kecil saat menatap hasil karyanya, mengusap keringat dengan punggung tangannya lalu beralih membuat gunungan krim diatas cupcake lainnya.
Catarina memang bukanlah tipe gadis paling cantik. Banyak gadis lebih cantik lainnya yang pernah Archeron lihat, tetapi entah mengapa eksistensi Catarina memiliki daya tarik tersendiri. Saat dia tersenyum, Archeron merasa hangat sementara saat dia menangis, Archeron merasa ingin memusnahkan sesuatu yang menjadi alasan menetesnya air mata gadis itu.
Rambut Catarina panjang berwarna hitam namun saat terkena cahaya matahari terlihat pantulan keabuan dari sana. Kulitnya putih bersih dengan mata biru cantik, hidung mancung, dan bibir tipis kemerahan alami menjadi pelengkap keindahan rupa gadis itu.
Perasaannya berkecamuk hingga tanpa sadar langkahnya mendekat pada Catarina. Gadis yang semula sibuk menghias cupcake tersebut menyadari kedatangan Archeron dan bertanya apa yang dibutuhkannya tetapi Archeron malah diam, tatapannya mengambang lurus menatap Catarina hingga mendadak melingkarkan kedua tangannya dipinggang gadis itu.
Catarina memelotot, ia tersentak tentu saja sampai krim yang ada ditangannya terjatuh ke lantai sementara wajahnya merah padam antara tegang dan berdebar diwaktu yang sama.
Hangat, seperti dugaannya. Archeron bisa merasakan suhu tubuh hangat milik Catarina dan kelembutan tubuh gadis itu, rambut panjang yang mengenai sebagian tangannya itu juga tak kalah lembut. Archeron meraih ujung-ujung rambut Catarina, menyentuhnya perlahan lalu menggenggamnya selembut mungkin supaya tidak menyakiti gadis itu.
Sejak kapan Archeron menjadi sepeduli ini, kehangatan yang biasanya hanya ia lihat dari Catarina kini bisa ia rasakan langsung dari gadis itu. Nyaman sekali, Archeron merapatkan tubuhnya membuat Catarina semakin menegang dengan wajah malu yang tak berbentuk lagi.
Bayangkan saja kalian sedang melakukan kegiatan lalu tiba-tiba dipeluk oleh laki-laki yang notabenenya sama sekali tidak pernah kalian bayangkan akan melakukan hal semacam itu. Catarina bukannya merasa risih, hanya saja pelukan semacam ini tidak bagus untuk kesehatan jantungnya yang mudah tremor.
"Catarina.." bisik Archeron dengan suara memberat. Remaja itu sudah mengalami perubahan suara sejak awal Catarina masuk ke dalam novel.
"A.. apa?" susah payah Catarina mengeluarkan suara dari bibirnya yang semula terkunci, tubuhnya masih kaku ditempat layaknya membeku akibat udara dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Archeron
Fantasy"Tadinya aku benci sekali pada antagonis bajingan sepertimu, tapi sekarang aku tahu semenjijikan apa kehidupan yang kau jalani. Archeron De Louis, aku bersumpah akan membawamu ke tahta!" *** Archeron De Louis, karakter antagonis kejam dalam sebuah...