[30] Just figuran

14.3K 2.1K 59
                                    

"Apa?" keterkejutan sampai membuat kening Uncle Jim berkerut di usianya yang tak lagi muda. "Kabur? apa maksudmu?"

"Maafkan saya Tuan." Laki-laki berpakaian serba hitam itu membungkuk, "sebenarnya gadis itu sudah kabur semalam waktu pertama kali dia dikurung dalam tahanan bawah tanah."

"Dan kau tidak laporkan padaku?" Uncle Jim menggertakkan gigi, menarik kerah orang suruhannya itu. "Dasar tak becus!"

Geram. Tanpa belas kasihan ia mengayunkan pedang miliknya lalu menggorok leher pria itu sampai tersungkur kejang-kejang lalu mati kehabisan darah.

Sisilia yang menyaksikan pembunuhan keji itu mengulas senyum tipis. Ini bukan pertama kalinya sang ayah membunuh orang sebab mereka berdua pernah lakukan yang lebih sadis lagi dari ini. Bisa dibilang sejak dulu mereka memang terlahir dengan bakat membunuh tanpa ketahuan.

"Ayah, apa alasan gadis mata-mata itu mengakui identitasnya dan menolong si malang itu? apa dia tahu rencana kita?" Sisilia bertanya seraya menyaksikan sang ayah yang tengah menuangkan minyak ke atas jasad orang tadi lalu membakarnya.

Mereka memandangi kobaran api yang sama.

"Entahlah. Jika dia tahu maka itu buruk tapi selagi keberadaannya tidak ada lagi maka itu akan jauh lebih baik. Ingatlah bahwa kita masih memiliki pion yakni Arthur. Pemuda naif itu mudah terpengaruh setelah dikompori mengenai kematian ayah dan ibunya." Ucap Uncle Jim membersihkan tangannya dengan cara ditepuk.

"Kalau gadis itu masih hidup di suatu tempat bagaimana?"

Uncle Jim tersenyum miring. "Jika dia tidak bicara maka dia aman tapi jika dia muncul... bukan masalah untukmu menghabisi satu orang lagi kan?"

"Tentu saja ayah."

"Merepotkan saja!" decih pria itu kemudian menendang jasad gosong di hadapannya.

"Ayo kembali putriku." Ajaknya pada Sisilia yang mengangguk dan langsung berbalik menyusul langkah cepat sang ayah.

"Omong-omong apa kau sudah berusaha menggodanya?"

"Menggoda si malang itu?" bibir Sisilia mengukir senyum miring, "belum sih tapi menurut ayah apa aku masih sangat cantik?"

"Kau sangat cantik putriku. Oh, pangeran dan raja manapun akan melepaskan tahtanya hanya untuk bersamamu. Percayalah~"

Sisilia terkekeh pelan. "Ayah ini bisa saja tapi, berkat ucapanmu aku jadi termotivasi untuk melakukan tindakan yang sedikit gila."

"Ayah mengerti kan?" Sisilia menoleh dengan cepat bersamaan dengan sang ayah yang ikut menoleh, menatapnya dengan senyum culas.

"Sihir awet muda sangat cocok untukmu, harus kuakui itu. Tak ada satupun keriput diwajahmu jadi tak mungkin kalau calon raja itu menolak kecantikan luar biasa seperti putriku. Disaat dia lengah ingatlah untuk menghabisinya."

"Iya~ iya~ mari kembali dengan cepat agar aku bisa mengirim undangan malam panas padanya~" sahut Sisilia seraya bersenandung riang.

Sekembalinya dari hutan tempat Sisilia menulis undangan indah menggunakan seni tulis yang merupakan keahliannya lalu ia meminta seorang pelayan menyampaikan undangan berupa surat itu kepada Archeron dengan hati berbunga-bunga sebab rumor yang beredar bahwa Archeron tumbuh menjadi sangat-sangat tampan tak mungkin membuat Sisilia tidak penasaran.

Sambil menyesap minuman miliknya dan bersantai di kursi panjang, ia menatap ke arah langit-langit saat terbesit sebuah malam panas indah bersama laki-laki yang sosoknya disebut-sebut paling sempurna.

"Jika aku berhasil memikatnya maka akan kuubah sedikit rencana ayah. Akan kubuat si malang itu menikah denganku ahahahaha!" gelak tawanya terhenti saat pelayan yang baru ia suruh sekitar lima menit lalu kembali mendatanginya dengan wajah tegang.

ArcheronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang