"Kau bisa membuktikan ucapanmu barusan?"Mendengar balasan meragukan begitu, Catarina dengan bangga menunjuk lehernya yang dibalut perban. Louisa nampak tidak paham sehingga Catarina menarik perban itu sampai copot dan menunjukkan luka goresnya yang baru setengah kering.
Dengan memasang wajah bodoh pura-pura polos, Catarina tersenyum riang sambil menunjuk bagian lukanya. "Ini ulah tuan muda dengan pedangnya. Saya hampir dibunuh" paparnya gembira.
Alis Louisa terangkat kaget. "Ulah putraku? Archeron?" tanyanya memastikan.
Catarina mengangguk. "Benar, ulahnya."
Masih merasa curiga, sebagai seorang Ratu kerajaan ini Louisa sudah dibekali berbagai ilmu salah satunya untuk tidak mudah percaya. "Kau tidak sedang membuat lelucon denganku, kan? kau tahu konsekuensi yang kau dapatkan jika mempermainkan seorang Ratu?"
Catarina menggeleng. "Tidak Lady, aku mana berani. Kalau Lady masih butuh saksi, saya bisa memanggilkan Kepala prajurit yang menjadi guru--"
"Jadi, dia sudah mulai berlatih?"
Anggukkan Catarina membuat ekspresi Louisa mencelos. "Kau sudah melakukan sumpah untuk melayani Kerajaan ini, kan?"
"Maaf?" beo Catarina, tidak paham sebab tiba-tiba saja topik pembicaraan dibelokkan.
"Aku ingin menagih sumpahmu. Sebagai pendamping pemimpin wilayah kerajaan ini, kau harus mematuhiku." Ucap Louisa menatap serius Catarina.
Catarina meneguk ludah. Alarm dalam tubuhnya berbunyi memperingatkan tanda bahaya tetapi posisinya yang tak lebih dari seorang pelayan memaksanya mau tak mau untuk mengiyakan. "Apa yang Lady inginkan?"
Louisa tersenyum. "Kau gadis pintar rupanya."
Jujur saja atmosfer saat ini sangat tidak nyaman. Bulu kuduk Catarina sampai dibuat berdiri, untuk pertama kalinya wanita yang dikenal sebagai Ratu paling bijaksana sepanjang sejarah Raven menjelma menjadi sosok iblis mengerikan, yang dalam artian tega sekali meminta hal yang tak seharusnya diminta seorang ibu untuk anaknya. Bukannya memberi kebaikan, ibu yang satu ini malah memberi keburukan.
"Jangan sampai berita ini didengar oleh Raja. Awasi dia dan jangan biarkan keluar dari ruangan itu. Kalau bisa lakukan juga satu hal ini"
Catarina meremas jemarinya, takut-takut ia memberanikan diri untuk bertanya. "Apa itu Lady?"
Louisa menyeringai. "Patahkan tangan kirinya."
Deg!
"Anak itu ya.." gumam Louisa menghela nafas lantas meneguk wine miliknya kemudian memutari sisi gelas dengan jemari lentiknya. "Dari bayi sudah kubuat cacat, masih saja berusaha menandingi kakaknya."
Menyadari Catarina masih disini, Louisa mempersilakan gadis itu pergi. "Kau bisa pergi dan sekalian perintahkan pada pelayan diluar untuk menyiapkan kolam mandiku."
"Tunggu!" cegahnya saat Catarina hampir pergi.
Tepat ketika Catarina berbalik, Louisa melemparkan kunci ruangan yang selama ini ditempati oleh Archeron. "Simpan itu, jangan dihilangkan."
"Baik Lady" Catarina masih menunduk, ketika membungkuk lalu berbalik pergi pun sama sekali ia tidak melihat pada Louisa.
Jantungnya berdetak cepat sampai rasanya sakit sekali. Sepertinya dari ruangan itu, Catarina tak kuasa berjalan. Dia berlari kencang melewati lorong demi lorong guna menjauh dari ruangan Louisa.
Rasa mual bercokol diperutnya, Catarina ingin muntah usai menyaksikan sendiri betapa kejinya sosok Ratu yang dideskripsikan amat sempurna dalam novel. Agaknya memang tidak pernah diceritakan sisi buruk sang Ratu, tetapi sekarang Catarina sudah tahu bahwa semua orang jahat kepada Archeron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archeron
Fantasía"Tadinya aku benci sekali pada antagonis bajingan sepertimu, tapi sekarang aku tahu semenjijikan apa kehidupan yang kau jalani. Archeron De Louis, aku bersumpah akan membawamu ke tahta!" *** Archeron De Louis, karakter antagonis kejam dalam sebuah...