[39] Why should it be her?

12.5K 1.8K 71
                                    

"Dia pembunuh!"

"Dia mata-matanya! dia pembunuh raja dan ratu."

"Berani sekali dia kembali ke sini? kurasa memang dia menantang ajalnya sendiri."

Orang-orang bergosip dihadapannya tepat saat Catarina berjalan dengan kedua tangan dan kaki terikat rantai dan masing-masing lengannya dipegangi oleh para prajurit di sisinya.

Dia dijaga ketat persis seperti buronan dalam film yang akan dipindahkan ke sel tahanan lain. Ada tiga prajurit bersenjata dibelakangnya yang siap mengayunkan pedangnya kapan saja sedangkan di depannya ada dua prajurit lagi yang menunjukkan jalan.

Catarina tidak memberontak. Dia menjadi tontonan orang-orang sekarang. Bahkan para pelayan merasa derajat mereka lebih tinggi dan berdecih ketika Catarina lewat. Beberapa orang yang dikenal Catarina juga melakukan hal serupa padahal dahulu mereka bekerja bersama sebagai rekan.

Akan tetapi di ujung sana diantara banyaknya para pelayan yang menatap hina dan jijik terhadapnya ada satu yang tidak menatap demikian. Sepasang mata itu justru nampak tertegun, terkejut, menahan air matanya sendiri dengan bibir terkatup erat.

Sekilas Catarina berpandangan dengannya, melihat gerakan bibir gadis itu yang memanggil namanya tanpa suara namun entah kenapa otaknya dapat mencerna suara itu dikatakan dengan sangat lirih.

"Catarina..." pilu sekali kini mereka tidak dapat berpelukan satu sama lain lagi.

Isabel kemudian menyembunyikan diri. Ah, tidak. Ralat, sebenarnya orang-orang berjalan mendahuluinya untuk melihat lebih dekat seperti apa penampakan seseorang yang berhasil menghabisi raja dan ratu mereka bertahun-tahun lalu.

Lalu di ujung saja Arthur datang. Dia berbelok arah dari sebelah kiri dan ketika berpapasan dengan Catarina seluruh prajurit yang membawa gadis itu berhenti. Mereka membungkuk hormat pada Pangeran negeri ini.

Kemudian tanpa basa-basi, tanpa adanya hujan atau pun petir, tanpa sedikitpun rasa bersalah tangan Arthur menyambar rambut Catarina. Mencengkeram banyak bagian rambut gadis itu erat lalu menariknya, menyeret gadis itu ke arah lorong menuju penjara.

"Hidupku sama sekali tidak beruntung lagi ya?" Catarina bicara pada dirinya sendiri di dalam hati sembari mencoba menyatu dengan rasa sakit di keseluruhan kepalanya sebab akar rambutnya tertarik kencang.

Ia mencoba berdamai dan menikmati kesakitannya sendiri. "Dari awal aku hanya figuran. Aku tidak masuk ke dalam tokoh penting di novel ini karena itu perpindahan tubuhku saja berlangsung tiba-tiba tanpa aku sadari. Aku benar-benar hanya figuran yang memaksa mengubah alur cerita ini."

"Kira-kira apa yang terjadi kalau aku berakhir disini?" Catarina berandai-andai membayangkan bencana macam apa yang terjadi setelah ia mati sebagai pembunuh menutupi pembunuh aslinya yang masih berkeliaran bebas diluar sana.

"Arthur... dia itu protagonis yang naif dan bodoh. Dalam novelnya dia sangat mencintai Olivia sampai memilih menutup mata tentang cara gadis itu 'menyucikan' Archeron dan memilih tetap mencintainya." Catarina tersenyum tipis, ia mulai terbiasa dengan sakit di kepalanya dan langkahnya yang terseok karena harus berjalan cepat-cepat.

Seseorang pasti menghasut Arthur yang naif untuk lebih banyak membencinya tanpa tahu kebenaran yang terjadi. Bahkan seolah dia dibuat menutup mata atas kemungkinan lain mengenai pelakunya bisa saja orang lain bukan Catarina.

Tetapi kembali mengingat bahwa Arthur berjiwa murni dan polos di novelnya, wajar jika dia mudah sekali dipengaruhi. Dijadikan pion oleh seseorang agar lebih mudah bagi orang tersebut mendudukki tahta.

Tapi, siapa?

Siapa yang paling menginginkan tahta disini?

Siapa yang menginginkan kematian raja dan ratu?

ArcheronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang