Sebuah pohon besar yang berada ditengah itu tiba-tiba saja bercahaya seolah menyambut kedatangan dua keturunan lanjutan dari Dominic. Ayah mereka, sang raja, telah memutuskan untuk tidak terlibat apapun dalam dunia magis maupun sihir.
Dengan demikian Dominic memutuskan untuk tidak memaksakan putranya menerima magis keturunan tersebut sampai akhirnya Dominic jatuh sakit dan melanjutkan magis keturunan kepada cucu pertamanya, Martis De Louis.
Cahaya silau itu membuat kedua mata Archeron refleks terpejam. Jika tetap memaksakan terbuka hanya akan menimbulkan rasa sakit, jadi ia harus menutupnya sampai cahaya itu perlahan memudar. Tak menyerang penglihatan lagi karena sudah memecah menjadi piksel-piksel kecil yang mengambang di udara mirip kunang-kunang.
"Jadi sihir itu... nyata?"
Catarina berdiri dibelakang, ia cukup bisa mendengar dengan jelas apa yang Archeron katakan barusan. "Hah? dia baru percaya sihir? bug sistem atau bagaimana?" Catarina mengedip cepat sambil berbicara sendiri dalam hati.
"Bukankah diawal saja kau sudah penasaran sama pedang magis. Magis itu ya sihir, dasar Archeron bodoh banget!" geramnya masih bicara didalam hati kali ini sambil menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha memaklumi bisa jadi Archeron pelupa sejak dini karena satu faktor dan lainnya.
"Itu nyata." Seseorang menyahut tapi bukan Catarina, suara laki-laki. Catarina itu perempuan mana mungkin mendadak ganti gender. Archeron tahu, dia menoleh cepat dan mendapati sosok tak asing dari seseorang.
Satu langkah cepat diambil mundur oleh Archeron. "Kau?" dengan nada menuduh ia menyapa Martis.
Laki-laki tinggi itu justru mengulas senyumnya. "Lama tak jumpa. Kau bisa melihatku sekarang, kan?"
Archeron mengangguk-angguk. "Kau seperti setan tembus pandang." Ucapnya asal, ia tak terlalu menyukai Martis dan semua tahu alasannya karena kasih sayang Louisa lebih condong ke arah kakak dan adiknya.
"Terimakasih telah membantuku mencapai tempat ini. Kulihat kau terluka tadi, boleh kakakmu ini periksa?"
"Sudah sembuh." Sahutnya datar serta menjauhkan tangannya dari jangkauan Martis yang hendak menggapai.
"Omong-omong aku tak membantumu, aku hanya menemani Catarina dan memastikan dia tidak dalam bahaya." Dengan menekankan kata bahaya, Archeron seakan menyindir Martis karena kejadian beberapa saat lalu.
"Aku tetap menyembuhkannya kok." Balas Martis membela dirinya, "lagipula kau kan ada untuk maju paling depan dan melindungi kami lalu kenapa aku harus repot?"
"Ya ya ya memangnya hal luar biasa apa yang bisa dilakukan arwah tanpa badan sepertimu?" Archeron mencibir tak mau Martis keluar dari sudut kesalahan yang ia buat untuk menyalahkan laki-laki itu jika sesuatu sampai terjadi pada dirinya dan Catarina, tentu saja.
Sekarang mereka persis seperti kakak adik normal pada umumnya. Berdebat, adu mulut, merasa paling benar, dan ingin mengalahkan salah satu atau setidaknya sampai ada salah satu yang mengaku kalah baru mereka berhenti mengoceh.
"Aku lebih populer darimu!"
"Apa bagusnya menjadi bahan dari tatapan kotor orang-orang?"
"Mereka menatap kagum, ya!"
"Kagum? apa? kagum?" Archeron tertawa sebentar. Tawa palsu yang dibuat-buat untuk mengejek. "Mereka menyukaimu hanya karena kau dirasa cocok untuk dijadikan menantu!"
"Sembarangan!" Martis melotot sebal.
"Memang benar, kan?"
"Apanya yang benar huh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Archeron
Fantasía"Tadinya aku benci sekali pada antagonis bajingan sepertimu, tapi sekarang aku tahu semenjijikan apa kehidupan yang kau jalani. Archeron De Louis, aku bersumpah akan membawamu ke tahta!" *** Archeron De Louis, karakter antagonis kejam dalam sebuah...