Suasana yang mulanya sepi mendadak hilang. Dari kejauhan telinga Archeron menangkap banyaknya tapak kaki kuda yang mendekat atau lebih tepatnya mengejar ke arah mereka. Jangan salahkan instingnya yang terlalu tajam, Archeron memang paling peka.
Dikencangkannya laju kuda. Catarina tersentak. Kedua tangan refleks memegangi baju Archeron erat-erat, rambut panjangnya melambai berlawanan dengan arah angin. Ususnya kembali terguncang-guncang padahal baru beberapa saat lalu laju kuda terbilang normal.
"Pegangan lebih erat" bisiknya tepat di samping telinga Catarina.
"Ada apa?" sahut Catarina melihat sekeliling dengan waspada, jantungnya menjadi berdegub lebih kencang.
"Aku tidak yakin siapa, tapi firasatku mengatakan mereka adalah orang-orang dengan niat buruk." Jawab Archeron sesuai yang dikatakan nalurinya saat ini lalu membelokkan memutar arah kudanya tiba-tiba, menjadi berlawanan.
Kedua mata Catarina sontak membulat. "Kenapa malah putar balik?" tanyanya mulai panik terlebih sekarang bukan hanya Archeron yang mendengar suara tapak kuda itu, melainkan Catarina juga dengar.
"Lari adalah pecundang. Selagi memiliki kemampuan dan ada kesempatan, tidak ada salahnya melawan."
"Sok bijak" cibir Catarina, "Ini bukan tentang nyawaku saja tapi nyawamu juga. Kalau kau mati--"
"Kau berharap sekali aku mati, begitu?"
"Tidak begitu!" Catarina membuang muka, bicara dengan Archeron memang selalu membuatnya darah tinggi.
"Hanya ada satu kemungkinan mereka bisa sampai ke sini. Hutan timur laut jarang sekali dimasuki oleh kelompok bandit hutan sebab mereka pun tahu tak akan ada orang yang datang ke sini sehingga tak ada gunanya melakukan aksi perampokan." Tanpa sadar Archeron bicara lebih banyak dari biasanya, entahlah tapi sekarang ia mulai menerima Catarina sebagai teman bicaranya meskipun kadang gadis itu lemot menanggapi.
"Apa itu?"
"Mereka mengikuti kita. Sedari awal kita sudah diincar oleh mereka."
Catarina meneguk ludah ngeri. Yang benar saja, diincar katanya? tapi kenapa? memangnya siapa yang akan mengincar mereka selain.. ah.. Louisa.
Wanita itu memang merencanakan penyingkiran Archeron. Mungkin ini salah satu teknik apik yang dipergunakannya supaya bisa menjadikan perampokan sebagai alasan kematian Archeron.
"Atau mungkin mereka mengincar dirimu." Archeron meralat tepat ketika melihat siapa orang-orang yang menguntitnya, tidak salah lagi kalau mereka bukan orang sembarang yang berniat merampok. Terlihat dari ciri kuda yang mereka tunggangi.
Catarina tidak mengerti. Archeron menarik pedang dari sisi samping kudanya, dengan satu tangan ia mengendalikan kuda sedangkan tangannya yang lain dengan sigap menebaskan pedang ke arah orang didepannya yang lebih dulu menghunuskan pedang.
Terjadi dentingan singkat. Archeron lekas membuat kudanya berbalik dan kembali menyerang dengan tangan kiri. Memang kondisinya masih agak lemah tetapi untuk pertarungan kecil semacam sini masih lumayan besar kemungkinan ia menangkan.
"Hati-hati!" Catarina memekik begitu dentingan pedang lainnya terdengar.
"Jangan khawatir. Berpegang saja yang erat, kau mengerti cara melakukannya, kan?" sahut Archeron, belum bisa memecah fokusnya sebab kini dua orang lainnya mulai ikut menyerang dan jujur ia agak kewalahan.
Kedua mata Catarina mengerjap beberapa kali. Ia ingin membantu, setidaknya dikehidupan sebelumnya ia mencapai sabuk ungu dalam beladiri tetapi Archeron terlalu sibuk untuk mendapat kerepotan lainnya. Alhasil Catarina menurut, memegang baju Archeron lebih erat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archeron
Fantasía"Tadinya aku benci sekali pada antagonis bajingan sepertimu, tapi sekarang aku tahu semenjijikan apa kehidupan yang kau jalani. Archeron De Louis, aku bersumpah akan membawamu ke tahta!" *** Archeron De Louis, karakter antagonis kejam dalam sebuah...