[33] What happens if he died?

14.7K 2.1K 49
                                    

"Kau baik-baik saja, Catarina?" Martis berjengit saat menemukan Catarina memandangi telapak tangannya yang mengelupas dan terasa perih.

"Perih." Rintih Catarina merasakan sakit yang teramat pada telapak tangannya yang mengelupas.

Martis yang melihat hal itu lantas segera melakukan sesuatu yang tidak Catarina ketahui akan tetapi setelah beberapa saat tangan pria itu bercahaya, dia melapisi telapak tangan Catarina dengan cahaya tersebut. Memang luka-lukanya tak langsung menghilang akan tetapi mengering dalam waktu cepat dan mengurangi rasa sakitnya.

"Kenapa tidak dari tadi coba hahh!?" ingin sekali Catarina berteriak demikian di depan wajah Martis tetapi sayangnya ia hanya bisa mengatakannya dalam hati karena kalau dikeluarkan bisa-bisa timbul salah paham.

"Sudah dekat." Martis menginterupsikan arah kuatnya tarikan magis kalung miliknya, ia menunjuk sebuah rimbunan dahan dan pepohonan.

"Apa?" kening Catarina berkerut, "kenapa menunjuk batang pohon itu?"

"Archer di dalam sana."

Apa ini waktu yang tepat untuk bercanda?

Catarina memasang ekspresi datar, "kau bercanda ya? kalau iya sama sekali tidak lucu."

Namun gelengan kepala Martis menepis tudingan Catarina barusan. Pria itu lalu berkata, "dia di dalam sini terperangkap. Hutan ini memenjarakannya."

"Pft--hmph! tidak!" Catarina menggeleng cepat setelah menampar mulutnya sendiri, ia hampir meledakkan tawa dalam situasi yang tak seharusnya sebab kalau dipikir harusnya Archeron sudah besar namun bisa-bisanya terperangkap di dalam dahan-dahan pohon seperti ini.

"Bantu aku menyingkirkannya." Kata Martis seraya meraih salah satu dahan namun anehnya meskipun sudah sekuat tenaga di tarik, dahan tersebut tak bergerak sedikitpun.

"Tidak bergerak sama sekali." Ucap Martis pada Catarina yang nampak memandangi telapak tangannya sendiri.

"Oh ayolah masa kau harus mati menjadi pohon? setidaknya kalau mau mati tolong matilah dengan cara yang elite sedikit!" omel Catarina mendengus kesal yang sebenarnya dia lakukan untuk menghibur dirinya sendiri lalu mulai membantu Martis menarik dahan-dahan yang sama sekali tidak bergerak sangking rapatnya.

"Catarina ini tidak bergerak. Archer bisa mati kehabisan nafas."

"Gunakan magismu," saran Catarina namun Martis malah menggeleng dan menjelaskan bahwa ia tidak bisa, magisnya mati ditempat ini.

"Jadi, jalan satu-satunya adalah membawanya keluar dari hutan ini?"

Martis mengangguk. "Akan kucoba untuk melencengkan magisku dan menggunakannya, semoga saja bisa membantu."

"Hm?" terlihat tak mengerti, Catarina mengabaikan Martis yang sedikit menjauhkan dirinya lalu menggumamkan sesuatu yang tidak Catarina mengerti.

Sementara Catarina berjalan mengelilingi dahan besar itu yang bentuknya seperti sangkar dan sudah pasti Archeron terperangkap didalamnya. Muncul rasa penasaran mengenai seperti apa laki-laki yang telah tumbu menjadi pria dewasa itu.

Catarina mengamati tiap cela dahan berharap ada bagian yang besar karena sialnya ia ingin sekali mengintip dan melihat wajah Archeron murni karena penasaran saja.

"Olivia katanya cantik sekali, ah tidak. Tapi, memang pasti sangat cantik." Gumam Catarina larut dalam dunia fantasinya sendiri.

Terlihat Martis menggigit bagian pembuluh darah di pergelangan tangannya, meneteskan darahnya sendiri diatas sebuah daun lalu mendekat. Ia menyentuhkan tetesan darahnya pada bagian tengah dahan dan seketika cahaya terang berwarna biru muncul dari tempat yang ditetesi darah itu.

ArcheronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang