[35] What has she been doing all this time?

15K 2K 71
                                    

Sekarang meskipun Catarina berada di dekatnya, Archeron merasa gadis itu jauh sekali seperti entah berada dimana. Ada jarak diantara mereka, ada dinding tak kasat mata yang diciptakan oleh gadis itu.

Mengapa ya kira-kira?

Mereka sudah keluar dari hutan ilusi dan beristirahat karena larut sudah turun. Setelah menyalakan api unggun dan memberikan beberapa roti pada Archeron yang dibawakan oleh Ivory tadi, Catarina mendudukkan dirinya cukup jauh yakni bersebrangan dengan Archeron.

Catarina tidak banyak bicara lagi. Apa mungkin karena gadis itu sudah tubuh lebih dewasa sekarang?

Tinggimu bertambah walau sedikit, rambutnya menjadi lebih panjang dari yang terakhir kali dan sedikit bergelombang juga pakaiannya yang cenderung memakai warna gelap seperti yang dikenakannya sekarang dibandingkan warna putih dan hitam.

Ditengah keheningan malam itu Catarina menyatu dalam lamunannya. Memikirkan apa yang akan terjadi setelah ia sampai di Istana nanti. Orang-orang akan menatapnya penuh rasa benci belum lagi Athur.

Archeron memang tidak membencinya karena dia tahu bukan Catarina pelakunya, Catarina hanya menjadikan dirinya sebagai pelaku supaya Archeron tidak terkena tuduhan karena pedang yang menancap disana adalah miliknya.

"Kepalaku ingin meledak rasanya," Catarina menghela nafas berharap ia kembali saja ke masa kehidupan sebelumnya yang miskin karena disini ia juga tetap miskin.

"Catarina..."

"Eum?" gadis itu menoleh, mengerjap cepat ketika mendapati Archeron merangkak disisanya dengan satu tangan di sodorkan.

Tangan kiri yang telapaknya berdarah-darah.

"Eh?" bola mata Catarina membesar seketika, "kenapa luka?" tanyanya sedikit panik lalu Archeron menjawab dengan gelengan ditambah ekspresi polosnya.

"Tidak tahu." Dia berbohong.

Ada darah segar di ujung pedangnya yang tergeletak di bawah pohon, tergeletak cukup jauh supaya Catarina tidak tahu bahwa untuk mendapatkan perhatiannya lagi Archeron sampai melukai tangannya sendiri.

"Kemarikan tanganmu, ini harus dicuci..." Catarina berbicara sendiri dan mengedarkan pandangannya bingung. Baru ingat kalau tidak ada air ditempat ini, aliran sungai juga belum mereka temukan. "Airnya tidak ada," dia nampak putus asa lalu mengelap-elap darah yang mengalir menggunakan ujung pakaiannya yang dia robek.

"Sakit." Keluh Archeron saat Catarina menekankan kainnya terlalu kuat.

"Oh... maaf," cepat-cepat gadis itu melonggarkan ikatannya. "Masih terlalu kencang?"

Archeron menggeleng. "Sudah tidak kok."

Nampak Catarina membuang nafasnya lega, tak heran sih hobi Archeron dari dulu memang terluka. "Ya sudah sekarang beristirahatlah---"

"Yang ini juga." Archeron memotong perkataan Catarina sambil mengulurkan tangan kanan yang memiliki goresan hampir serupa.

Catarina mulai curiga. "Apa yang habis kau lakukan deh?"

"Mengasah pedangku dengan batu." Jawabnya berbohong.

"Ditempat seperti ini?" Catarina menggeleng tak habis pikir, "tidak bisakah nanti saja saat sudah kembali?"

Archeron malah tersenyum. "Ini kan sedang mau kembali."

"Maksudku setelah perjalanan selesai." Ralat gadis itu, namun Archeron hanya menggeleng lalu menatapnya dengan pandangan polos dan ekspresi yang sedikit... menggemaskan, mungkin.

"Baiklah sini tanganmu," ujar Catarina menginterupsi lalu dengan patuh Archeron memberikan tangannya sambil memperhatikan dengan seksama cara gadis itu merawat lukanya yang masih sama seperti dulu.

ArcheronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang