"K-kau membunuh... orang," Catarina tidak bisa berhenti menggumamkan kalimat tersebut sejak satu jam lalu setiap kali Archeron berusaha menggapainya atau sekedar berbicara dengannya.
Baiklah sekarang Archeron telah sukses membuat dirinya terlihat sangat jahat di mata Catarina padahal memenggal seseorang bukanlah hal yang tabu lagi untuk dilakukan mengingat posisinya, yang sebenarnya pada kenyataannya telah banyak memenggal kepala lainnya.
"Catarina, aku tidak membunuhnya." Ucap Archeron mencoba membela diri setiap kali tatapan ketakutan itu mengarah padanya ditambah lagi menyaksikan sendiri bagaimana kaki dan tangan Catarina bergetar ketika melihatnya.
"Sungguh." Lagi, Archeron berucap. "Hanya kukirim langsung ke neraka daripada dia membuat onar dan melukai lebih banyak orang atau malahan bisa saja membunuh mereka. Kau mengerti?"
Catarina masih terlihat pucat nampaknya gadis itu pusing sendiri belum lagi bercak darah yang masih ada dipakaian Archeron. Terlihat kontras karena warnanya putih, Catarina jadi semakin takut berada di dekat pria itu. Mereka sudah dekat ke perbatasan namun Catarina berjalan sangat jauh sekali dibelakang dan jujur itu cukup mengganggu bagi Archeron yang merasa dijauhi.
"Baiklah kau tidak mau bicara denganku lagi?" agaknya pertanyaan itu semacam kurang tepat ditanyakan disaat seperti ini namun yang keluar dari bibir Archeron malah kalimat tersebut sedangkan Catarina lagi-lagi hanya menatapnya dari jauh.
Padahal wanita tadi berterimakasih sampai mencium ujung sepatu Archeron tetapi Catarina malah ketakutan begini. Matanya yang menatap penuh gemetar, wajah pucat pasi itu--berhasil membuat Archeron merasa bersalah setengah mati.
"Kau membunuhnya..." gumam Catarina menunduk dengan wajah murung.
Archeron berjalan, menghampiri Catarina. Diraihnya secara paksa kedua tangan gadis itu. Mencoba membawanya kembali ke kesadaran dengan mengguncangkan bahunya. Cukup kencang sampai kedua mata itu menatap ke matanya.
"Aku membunuhnya karena dia akan melukaimu. Bajingan itu tidak pantas hidup, bahkan istrinya berterimakasih kepadaku lalu mengapa kau marah padaku Catarina?" dia terdengar tersiksa dari hela nafas panjangnya yang keluar setelah berucap.
"Mengapa?" pertanyaan itu lolos dari bibir Catarina. Pandangan matanya masih kosong, ia teringat pada novel yang dibacanya dan Archeron sangat kejam disana.
"Karena harus dilakukan." Balas Archeron menjawab pertanyaan gadis dihadapannya yang masih bersikukuh menjauhkan diri.
"Catarina... kenapa terus menjauhiku?"
Catarina meremas jemarinya sendiri. Tak dapat dipungkiri ia ketakutan saat ini ditambah adegan kepala menggelinding itu masih terekam jelas di otaknya dan diputar ulang terus menerus seperti kaset rusak.
Perasaan Archeron jadi campur aduk. Dia melihat ke sekeliling tapi tidak ada apapun. Catarina melangkah mundur saat ia mencoba meraihnya, mendekatinya, menggapainya lagi bahkan tangannya sudah ditepis jauh-jauh oleh gadis itu.
"Aku minta maaf." Kalimatnya mulai terdengar lirih, Archeron merasa kacau saat ini. "Catarina?"
"Maaf?" tanyanya. "Maafkan aku?"
Namun bungkamnya Catarina membuat Archeron mulai frustasi. Jadi dia berdiri dan mengambil pedangnya sendiri lalu mengulurkannya pada Catarina.
"Potong saja aku biar sama dengan orang itu agar kau tidak marah lagi. Potong aku. Potong aku!" pintanya mulai hilang akal.
"Potong aku, Catarina! potong!"
"Apa kau gila hah!?" Catarina berteriak histeris saat dipaksa memegang pedang berlumuran darah itu. "Aku tidak mau sentuh itu! jangan sentuh aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Archeron
Fantasy"Tadinya aku benci sekali pada antagonis bajingan sepertimu, tapi sekarang aku tahu semenjijikan apa kehidupan yang kau jalani. Archeron De Louis, aku bersumpah akan membawamu ke tahta!" *** Archeron De Louis, karakter antagonis kejam dalam sebuah...