[25] That Day

17.4K 2.3K 34
                                        

"Yang mulia raja telah tiba!"

Seruan itu menjadi awal mulai dibunyikannya terompet raksa sebagai bentuk penyambutan kedatangan sang raja yang bukan hanya sudah dinantikan sejak bertahun-tahun lalu akan tetapi kedatangan sang raja juga membawa kemenangan.

Kemeriahan kepulangan raja ditambah dengan penobatan putera mahkota yang baru. Pun banyaknya tamu dari kerajaan lain yang mengirim putri-putri mereka secara sengaja dengan niatan dilirik oleh sang pangeran semakin meramaikan acara.

Sebelumnya kabar buruk tentang kematian putra sulungnya telah sampai ke telinga raja. Pria yang ini hanya memiliki dua orang putra itu mencoba untuk tak membuat raut sedih walau hatinya tersayat mengingat saat ia pergi berperang Martis memberikannya ucapan perpisahan yang berkesan.

Raja tidak pernah tahu bahwa ucapan itu akan menjadi penutup terakhir dari pertemuan mereka. Martis telah pergi untuk selama-lamanya. Mati dan berada disisi dunia yang lain entah untuk menunggu akhir dunia atau bereinkarnasi.

"Yang mulia, selamat datang kembali." Louisa menyambut dengan sapaan hangat, senyumnya tidak sebahagia biasanya saat sebelum-sebelumnya menyambut kepulangan sang suami.

Raja hanya mengangguk. Dia menatap Louisa sebentar lalu mengulurkan tangannya mengusap rambut panjang wanita itu yang tersanggul rapih dalam ikatan.

"Gaun yang cantik." Ucap Raja berbisik, "cocok untukmu."

Louisa tersenyum kecil. "Terimakasih." Balasnya dengan bisikan serupa.

"Ayahhh!" seru Arthur berlari ke arah Raja dan memeluknya erat.

"Putraku tersayang~ astaga, kau sudah besar sekarang ya?"

Arthur tersenyum lebar, mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku sudah belajar banyak tata cara menjadi putra mahkota ayah!" ujarnya memberitahu dengan semangat menggebu-gebu.

"Wah... hebat sekali anak ayah. Kau suka pestanya?"

"Suka!" masih dalam semangat berlebihan, Arthur melompat turun dari gendongan sang raja. Tubuhnya masih mungil padahal usianya sudah mencapai sepuluh tahunan lebih.

"Kak Archie juga terlihat tampan. Tadi aku mengintipnya." Tutur Arthur menambahkan informasi yang sebenarnya tidak perlu.

"Baiklah nak sekarang duduklah disana, penobatan kakakmu akan dimulai sebentar lagi kan? duduklah." Pinta Raja namun tidak dianggukki oleh Arthur.

Wajah memelas anak laki-lakinya itu muncul dan terlihat sangat imut sambil berkata, "ayah aku lapar. Dari tadi pagi aku disini menunggumu tapi aku belum sempat makan apapun."

"Kalau begitu pergilah makan bersama prajurit, bawa mereka didekatmu nak." Ujar Raja.

Arthur menggeleng. "Aku tidak mau makan dengan prajurit ayah."

"Lalu?" sahut Louisa sedari tadi menyimak perbincangan suami dan anak bungsunya.

"Aku mau makan dengan seseorang." Suara Arthur memelan saat mengatakan itu, ia juga menundukkan kepalanya malu-malu.

Louisa bisa melihat rona merah samar di pipi putranya. Senyum kode dari sang Raja juga semakin menguatkan bukti bahwa ada kemungkinan Arthur tertarik dengan salah satu gadis yang seusia dengannya di pesta ini karena sejak tadi anak laki-laki itu sangat memperhatikan sekitar terutama bagian gerombolan para putri.

"Baiklah kau boleh pergi tapi jangan keluar dari istana. Mengerti?"

Arthur mengangguk cepat. "Mengerti!" tandasnya kemudian berlari kecil menuruni tiga anak tangga. Meninggalkan aula tempat duduk keluarga kerajaan.

ArcheronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang