10 tahun berlalu.
"Selamat ulang tahun ke dua puluh tiga, kakak." Pemuda berambut perak itu tersenyum penuh arti bersama dengan sebuah kotak berukuran sedang ditangannya, beberapa hari ia menjahitkan sesuatu untuk sang kakak yang cenderung menyendiri setelah kembali dari akademi.
"Terimakasih." Suara itu berasal dari pemilik bahu tegap yang senantiasa duduk di meja kerjanya, menghitung segala jenis anggaran kerajaan sekembalinya ia dari menempuh pendidikan.
"Kudengar kau belun beristirahat sejak hari kepulanganmu. Kak Sisilia memberitahuku tentang kegiatan membosankan yang kau lakukan diruangan ini." Sahut pemuda itu berjalan mendekat lalu meletakkan kotak yang dibawanya diatas meja, menumpuknya diantara kotak-kotak hadiah lain yang dikirimkan oleh kerabat mereka sejak kemarin.
"Hm. Jadi begitu?"
"Ya?"
Senyum miring itu tersungging di bibir tipis laki-laki itu, bersamaan dengan itu tangannya berhenti menulis salinan data keuangan yang setelah diperiksa banyak sekali dana-dana mengalir tanpa izin untuk hal-hal sepele."Pria itu belum kembali ke tempat asalnya?"
"Maksudmu paman?" Arthur mengerutkan keningnya, "sejak kapan kakak merokok?"
"Tch! bukan urusanmu." decihan tipis itu ia layangkan, bukan Archeron De Louis namanya jika tidak mensiniskan orang tanpa alasan. "Tidak ada yang memintanya memegang keuangan tapi dia memegangnya, dana-dana kerajaan banyak yang digelapkan. Sejak kapan kau tumbuh menjadi begitu naif, Arthur?"
"Mengapa kau begitu tidak menyukai paman?" Arthur melempar pertanyaan seakan tidak terima mengingat pamanlah satu-satunya keluarga yang masih memiliki ikatan darah dengan mereka yang tersisa dan setia memberi dukungan.
Archeron menghela nafas, pemuda yang baru genap mencapai usia ke dua puluh tiga tahun itu tak habis pikir akan pertumbuhan adiknya yang berkembang menjadi pemuda naif dan polos begini. "Bukan tentang suka atau tidak Arthur. Penggelapan dana terjadi untuk hal-hal yang tidak masuk akal dan itu merugikan kerajaan." Ucapnya berusaha menjelaskan namun Arthur tetap memberikan dukungannya kepada pamannya itu.
Arthur mengepalkan tangannya erat, dari pandangan matanya yang menggelap kelihatan jelas ia marah. "Apa karena perempuan itu?" tanyanya dengan penuh penekanan menunjukkan ketidaksukaannya pada fakta bahwa sang kakak dulu di rawat oleh pembunuh orang tua mereka.
"Apa?" Archeron menghentikan total seluruh aktifitasnya, ia seakan siap untuk berbalik dan menerjang leher sang adik dengan cekikkan atau minimal mendaratkan pukulan kencang di wajahnya.
"Pembunuh itu---ukhh!!!" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, satu cekikkan kencang mendarat di lehernya. Arthur terkejut bukan main mendapati fakta bahwa sang kakak sungguhan menyerangnya hanya karena ia menyinggung tentang perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archeron
Fantasía"Tadinya aku benci sekali pada antagonis bajingan sepertimu, tapi sekarang aku tahu semenjijikan apa kehidupan yang kau jalani. Archeron De Louis, aku bersumpah akan membawamu ke tahta!" *** Archeron De Louis, karakter antagonis kejam dalam sebuah...