2. Tertantang

119 11 0
                                    

Kelas 12 IPA 3 kedatangan siswi baru. Penampilan siswi itu jauh dari kata baik. Seragam putihnya dibiarkan keluar dari rok, lengan seragamnya dilipat sebanyak dua kali lipatan, rambut hitam curlynya digerai, tas hitamnya ia pakai di salah satu pundak, sepatunya putih, ada kalung ketat warna hitam yang melingkari lehernya, ia tidak memakai dasi dan yang lebih parahnya, ia mengunyah permen karet.

Satu kelas tercengang melihat penampilan siswi itu.

"Nama kamu siapa?" Wanita paruh baya yang merupakan wali kelas IPA 3 ini bertanya kepada siswi baru itu.

"Sheanna," jawabnya dengan santai.

"Sheanna, ke ruang BK sekarang! Jangan berani-beraninya kamu masuk ke jam pelajaran saya kalau penampilan kamu seperti itu!" sentak Bu Gina membuat Shea menaikkan satu alisnya.

"Baik," jawab Shea lalu segera melangkah keluar dari kelas.

Shea menelusuri koridor sekolah. Saat akan berbelok ke ruang BK, tiba-tiba, perutnya terasa lapar yang membuatnya langsung melangkah menuju kantin.

Sesampainya di kantin, ia memesan soto satu porsi dengan minuman es teh dan kerupuk bandungnya tiga. Ia membayar lalu membawa pesanannya ke bangku tengah dan mulai makan.

Ibu-ibu kantin pun awalnya kaget saat melihat cewek dengan aura berandalan seperti Shea. Apalagi saat Shea mengeluarkan permen karet dari mulut dan membuangnya ke tempat sampah tanpa bantuan tangan, Bu kantin mendadak takut.

Sosok cowok dari arah pintu kantin melangkah menuju ke arah penjual, menanyakan 'apakah ada pembalut' membuat Shea spontan tertawa. Cowok itu menoleh menatap Shea, diikuti oleh Ibu kantin.

Tanpa Shea tau, orang yang ia tertawakan melangkah ke arahnya.

"Permisi?" Shea tetap makan, tanpa menoleh.

"Permisi?" Shea tetap fokus makan, meskipun ia mendengar ada seseorang yang ingin berbicara dengannya.

Dengan kesal, orang itu menarik telinga Shea membuat Shea berjengit lalu meringis kesakitan. "Sakit, anjing!" umpatnya membuat Ibu-ibu kantin tercengang.

"Tuli, lo?" tanya orang itu membuat Shea menatapnya datar.

"Iya! Puas, lo?" kesal Shea.

Orang itu meneliti penampilan Shea, dari atas sampai bawah. "Lo preman, ya? Ngapain lo cosplay jadi anak sekolah? Nggak cocok," ujarnya.

Shea membulatkan mata. "Anjir?!"

"Lo punya pembalut, nggak?" tanya orang itu kepada Shea.

"Punya!" jawab Shea kesal.

"Boleh gue beli?" Orang itu menggaruk tengkuknya.

Shea tersenyum miring. "Selangkangan lo berdarah?"

Orang itu mengerutkan kening. "Berarti, tiap bulan selangkangan lo juga berdarah, dong?"

Shea dengan nafas memburu pun mengeluarkan pembalut ukuran 29 cm dari tasnya. Ia melempar pembalut itu membuat orang yang ada di hadapannya langsung menangkapnya.

"Thanks," kata orang itu. "Gue Nathan," ucapnya memperkenalkan diri.

"Gue nggak nanya," kata Shea asal-asalan.

"Oke, nggak nanya," ujar Nathan membuat Shea ingin rasanya menampar cowok itu.

"Lo mending pergi! Ganggu acara makan gue aja!" usir Shea.

"Hm," jawab Nathan. "Jangan lupa ke ruang BK," sambungnya menyebalkan.

"NATHAN ASU!!" teriak Shea membuat Ibu kantin yang sedang menggoreng mendoan pun berjengit kaget.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang