"Hari ini Demas udah boleh pulang. Nanti kamu sapa kakakmu itu, ya?"
Danira yang sedang menyapu pun tersenyum ramah ke arah Bianca. "Iya, Ma."
Brady menuruni tangga. "Udah nyapu aja, Ra? Sarapan dulu, gih."
Danira tersenyum. "Iya, Pa. Habis ini sarapan. Aku mau bantu Mama dulu."
"Padahal Mama nggak dibantu nggak apa-apa," kata Bianca. "Oh, iya, habis ini ada paket buat kamu, loh."
Danira mengerjab. "Paket apa, Ma?"
"Parfume. Ada parfume pengeluaran terbaru dan stocknya terbatas. Jadi, Mama beliin buat kamu," celoteh Bianca membuat Danira ternganga.
"Mamamu memang begitu, Ra. Udah, lagian, yang punya perusahaan parfume juga keluarga kita. Kamu santai aja." Brady duduk di kursi makan dan mulai melahap roti bakarnya.
"Serius, Ma??" Bianca mengangguk antusias.
"Makanya, Mama seneng akhirnya punya anak cewek. Biar nanti ada yang nerusin perusahaan parfumenya Mama," ujar Bianca lalu meletakkan beberapa barang branded barunya ke dalam talase ruang keluarga.
"Kan ada kak Demas, Ma." Danira merasa tak enak.
"Demas harus nerusin perusahaan Papa," jawab Bianca. "Lagian, parfume ini itu usaha Mama sendiri," sambungnya.
"Mama, tapi aku, kan--"
"Iya. Kamu, kan, anak Mama." Bianca memotong ucapan Danira. "Nanti temenin Mama belanja keperluan dapur, ya? Biar Papa yang jemput Demas."
"Iya, Ma."
***
"Pelan-pelan, Dem," kata Brady kepada Demas yang melangkah memasuki rumah.
"Demas udah sembuh, Pa," jawab Demas lalu menatap Brady. "Danira mana, Pa?"
Brady mengerjab. "Kamu ... kamu udah tau Danira??"
Demas menatap aneh Papanya. "Adiknya Shenina, kan? Dia pacarnya Demas, Pa."
Brady ternganga. "K-kamu konslet kayaknya. Ayo masuk, istirahat dulu."
Demas melangkah masuk digiring Brady yang pucat pasi.
"Duduk dulu. Papa mau cek berkas bentar."
Brady masuk ke ruang kerja. Pria itu bohong soal cek berkas. Ia masuk ke ruang kerja karena ingin menelepon Abimanyu.
"Halo? Kenapa, Brad? Eh anak lo dah pulang? Selamat kalo gitu."
"Bim, gue mau nanya."
"Nanya apa?"
"Demas bangun-bangun otaknya agak konslet, anjir. Gue takut dia ketularan Raul."
"Lah? Kok Raul?"
"Itu anak kan otaknya juga konslet."
"Oh." Abimanyu di seberang sana mangut-mangut. "Konslet gimana? Gila maksud lo?"
"Dia kayak lupa ingatan gitu."
"Lah, kok bisa? Dia cuma koma, nggak luka fisik njir."
"Ya gue mana tau! Masa dia ngira Danira pacarnya!"
"Loh loh, Danira anak lo? Woi, lo yang bener aja!"
"Duh, maaf sayang, ini telepon dari Brady." Abimanyu meringis. "Sorry itu bini gue. Lanjut lanjut."
"Masa dia nggak inget kalo Shenina itu pacarnya. Malah dia bilang 'Adiknya Shenina, kan? Dia anaknya Demas, Pa' gitu anjir! Syok gue syok!"
"Kenapa dia bilang gitu? Sebelumnya lo nanya apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
General FictionNagara series 3 Rumitnya mereka bukan karena cinta beda agama dan bukan karena cinta beda kasta. Tapi, karena cinta beda alam dan cinta beda perasaan. Nicholas, si sulung, menyukai perempuan yang suka dengan saudara kembarnya, Nathan. Nathan, suka...