16. Ruang bawah tanah

71 8 0
                                    

"Kata sodara-sodara gue, nama lo Leviathan, hmmm." Nabila bersidekap, mondar-mandir di kamarnya lalu menatap Leviathan yang duduk di kursi belajar.

Nabila melotot tajam. "KENAPA LO PAS ITU KELUAR PAKE WUJUD KAYAK GENDRUWO, ANJING?! LO BIKIN GUE PINGSAN, BODOH!"

Leviathan memutar bola mata. Gadis ini ternyata lebih brutal dari Zia. Padahal, kalo sedang tidur, perawakannya selalu kalem dan damai. Tapi ketika bangun? Ingin rasanya Leviathan mengukung gadis ini hingga tak berdaya di rengkuhannya.

"Nggak sengaja," jawab Leviathan.

"NGGAK SENGAJA GIMANA??" kesal Nabila. "Kalo lo muncul kayak gini mah gue nggak bakalan pingsan, Levi!"

"Levi?" beo Leviathan.

"Ya! Mulai sekarang, gue bakalan manggil lo Levi. Lucu nggak?" Nabila duduk di pinggir kasur lalu menaik turunkan kedua alisnya.

Leviathan mengangguk. "Boleh," jawabnya membuat Nabila bersorak.

"Lo pasti tajir melintir, ya?" tanya Nabila.

"Ya," jawab Leviathan. "Saya putra sulung Jason Rikkard Emertizo," sambungnya.

Nabila membekap mulutnya tak percaya. "Anjir?!" pekiknya. "Lo jangan ngada-ngada! Gue nggak percaya!"

Leviathan tertawa. "Itu hak kamu mau percaya apa tidak."

Yang Nabila tahu, seorang Jason Rikkard Emertizo memang tajir melintir. Menurut berita yang ia baca, mereka memiliki ratusan mansion yang ada di Indonesia dan di luar negeri. Usaha mereka dibidang fashion, kosmetik, persenjataan, transportasi, property juga tidak main-main. Belum lagi usaha yang lain.

Raka Nagara pernah bilang jika Jason Rikkard adalah teman sekaligus saingan sehatnya dalam berbisnis. Ya. Nagara juga tidak kalah tajir dengan Rikkard.

"Kalo sekarang gue nyuruh lo beli mansion, lo langsung beli, dong?" tanya Nabila. "Biar gue percaya."

Leviathan mengeluarkan ponsel mahalnya dari saku. Ia mengetik sesuatu di sana. Setelah selesai, ia menyodorkan ponsel itu kepada Nabila membuat Nabila mendekat dan langsung membacanya. Leviathan tersenyum miring saat melihat Nabila yang terkejut.

"Lo mirip kayak Opa gue!" kata Nabila. "Selalu buang-buang uang!"

Leviathan terkekeh, "Kamu butuh uang?"

"Ya butuhlah!" sewot Nabila. "Stock perlengkapan gue buat mandi yang selemari udah habis! Sebenernya gue udah ditransfer ayah 60 juta, tapi gue males beli!"

"Mau saya temenin?" tanya Leviathan menawarkan.

Nabila memicingkan mata. "Kalo lo traktir, baru gue mau."

"Boleh," jawab Leviathan apa adanya. "Mau kapan?"

Nabila terbelalak lalu menggebrak meja belajar yang ada di samping Leviathan. "GUE BERCANDA! GUE BERCANDA!!"

"Tapi kalo beneran, saya nggak keberatan," kata Leviathan.

Nabila bersidekap di hadapan Leviathan. "Lo serius?"

Leviathan mengangguk. "Ya, saya serius." Ia menatap jam tangannya. "Sudah pukul tiga, berangkat sekarang?"

Nabila membinarkan mata. "Lo keluar dulu! Gue mau mandi bentar!" ucapnya mengusir Leviathan.

Leviathan menjentikkan jari lalu melayang pergi keluar dari area kamar dan rumah Nabila. Ia akan datang dari pintu utama lagi nanti.

Nabila mengelus dada. "Mimpi apa gue sampe didatengin iblis ganteng kayak dia," ujarnya lalu kesengsem sendiri.


RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang