Nathan berjalan ke arah lapangan voli. Ia memang ada latihan hari ini, untuk turnamen bulan depan. Maka dari itu, ia dibuatkan surat dispensasi untuk tidak mengikuti pelajaran.
Bel masuk sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu. Koridor SMA Pagelaran tergolong sepi karena siswa-siswi sedang belajar di kelas masing-masing.
Saat Nathan akan berbelok ke kiri, sosok gadis yang berlari pun menubruk tubuhnya hingga membuat gadis itu terpental ke belakang.
"Apes banget gue. Dari kemarin nabrak orang mulu," ringis gadis itu lalu berdiri.
Gadis itu mendongak lalu melebarkan mata saat melihat Nathan.
Nathan adalah orang yang ia suka.
Mampus.
"Lo ... nggak apa-apa?" tanya Nathan.
Gadis itu menahan napas, berusaha biasa saja meskipun rasa salah tingkah melanda. "N-nggak. Gue nggak apa-apa."
Nathan mengangguk. Saat hendak melangkah, gadis itu malah menahannya.
"Gue Stella," ucap gadis itu tiba-tiba.
Nathan mengangguk. Ia segera melangkah menjauhi gadis yang bernama Stella itu. Baginya, tidak ada yang menarik di matanya kecuali ...
Nathan melebarkan mata saat melihat Shea yang juga memakai jersey voli sama sepertinya. Gadis itu berdiri di pinggir lapangan dengan tangan yang terangkat untuk mengikat rambut.
Diam-diam Nathan menahan senyumnya.
Nathan melangkah, menghampiri Shea dan langsung berdiri di samping gadis itu. "Pagi."
Shea terlonjak lalu menoleh. "Lo?!"
Melihat Nathan terkekeh, Shea langsung mengelus dada, mencoba sabar. "Ngapain lo di sini?" tanya Shea.
"Nemuin lo," jawab Nathan.
Shea mengernyit jijik. "Gue nggak mau ditemuin sama lo. Minggir lo!"
Nathan tertawa. "Lo aneh."
"Makasih," jawab Shea.
Nathan melihat nama punggung Shea. "Oh, nama lo Sheanna." Ia pun mangut-mangut membuat Shea melotot.
"Lo lihat nama punggung gue?!"
Nathan mengangguk santai.
"Lo?!" Shea mengepalkan tangannya, menatap tajam Nathan sebelum akhirnya melangkah menuju lapangan.
Nathan tertawa lalu mengekori Shea.
Stella yang ada di ujung lorong pun membeku. Bibirnya kelu dan hatinya kaku. Entahlah. Ia tidak menyangka jika saingannya adalah Shea.
"Hai."
Shea menoleh, lalu membelalak saat mendapati cowok yang ia tabrak kemarin. "Lo ..."
"Gue Nicholas." Nicholas tersenyum tipis.
Stella tersenyum canggung. "Sorry, kemarin gue nabrak lo."
Nicholas terkekeh. "Santai aja." Kemudian, ia bertanya, "Nama lo siapa?"
"Stella," jawab Stella. "Gue kelas 12 Bahasa 2," sambungnya.
"Gue 12 IPA 2," kata Nicholas.
Stella membinarkan mata. "Sekelas sama Nathan, dong??"
Nicholas mengerjab, lalu menipiskan bibir. "Iya. Kenapa emang?"
"Nathan itu orangnya gimana, sih?" tanya Stella. Ia menoleh ke lapangan, lalu menghembuskan napas saat melihat Nathan selalu merecoki Shea. "Dia deket sama Shea, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
General FictionNagara series 3 Rumitnya mereka bukan karena cinta beda agama dan bukan karena cinta beda kasta. Tapi, karena cinta beda alam dan cinta beda perasaan. Nicholas, si sulung, menyukai perempuan yang suka dengan saudara kembarnya, Nathan. Nathan, suka...