13. Tujuan misi

70 9 0
                                    

"Ini ..." Zia terpengarah saat melihat istana megah di hadapannya. Istana menjulang itu terbuat dari tembok emas dengan lebar yang tidak main-main. Zia yakin seratus persen, jika masuk ke sana, ia akan kelelahan karena terus berjalan. "Istana siapa?" tanyanya.

"Istana iblis," jawab Amon yang ada di sebelahnya.

Veela melangkah mendekat ke arah Zia. "Ayo masuk, Zia. Kamu harus tahu semuanya tentang dunia iblis," ujarnya.

Amon membiarkan Zia dirangkul Veela. Ia lebih memilih berjalan di belakang dua perempuan itu dengan Asmodeus dan Akvan. Lalu di belakangnya ada Belphegor, Beelzebub, Astaroth, Malphas dan Ifirt.

Begitu Zia dan Veela masuk ke dalam istana, semua makhluk berjas hitam pun menunduk bersamaan untuk melayangkan hormat kepada mereka.

"Ini adalah hal biasa, kan? Kamu juga biasa disambut kayak gini karena kamu Nagara's family," kata Veela kepada Zia.

"Mereka iblis, Kak?" tanya Zia kepada Veela.

Veela terkekeh. "Sure. Ini istana iblis, Zia. Yang manusia, sih, cuma kamu aja," jawabnya santai.

"Veela, jangan menakut-nakuti," tegur Amon kepada Veela saat melihat gadisnya pucat pasi.

Veela menoleh lalu cengengesan. "Sorry, Diamond. Tapi itu fakta, kan?" ujarnya lalu merangkul Zia.

"Zi, di sini kamu bisa nyentuh apa aja. Kamu bisa leluasa mau kenalan sama iblis-iblis lain dan," Veela melirik Amon, "kamu bisa mesra-mesraan sama Amon." 

Zia mendelik. "Yang bener aja, Kak! Siapa yang mau mesra-mesraan?"

Veela tertawa membuat telinga Amon memerah.

"Kamu okay, Amon?" tanya Ifirt mengejek.

"Jelas okay. Dia bersama gadisnya," sahut Beelzebub. "Mungkin dia nggak sabar mau mesra-mesraan."

"Apa kamu iri?" sinis Astaroth kepada Beelzebub.

Beelzebub menoleh kaget. "Kamu gila??"

Astaroth berdecak, "Aku masih waras!"

"Kalian ini bisa diam tidak? Jangan banyak bicara dulu. Setelah Zia mengenal banyak tentang iblis, baru kalian boleh berbasa-basi," tegur Akvan membuat Beelzebub, Astaroth dan Ifirt kicep.

Akvan adalah iblis yang paling taat aturan. Meskipun dia cenderung diam dan sedikit galak, tidak dipungkiri jika dia selalu sopan kepada tamu ataupun pendatang baru. Selain Asmodeus, Akvan merupakan iblis yang sering menjaga Veela.

Veela berhenti melangkah membuat Zia menoleh.

Veela menjentikkan jari hingga tirai panjang yang ada di hadapannya pun terbuka, menampilkan sofa khusus untuk satu orang yang terbuat dari emas, lalu di samping sofa itu ada bangku emas tanpa sandaran yang letakkan sedikit menjorok ke depan dari sofa.

Veela menatap kosong ke arah depan. "Itu adalah singgasana raja," ucapnya.

Asmodeus berdehem, mengambil alih untuk menjelaskan. "Jadi, Zi, kita para iblis juga memiliki raja. Sistem kehidupan kita sudah dibagi rata oleh Raja." Ia tersenyum miris saat mendapati tempat duduk raja yang tidak ada penghuninya. "Mungkin kamu harus mengenal lebih lanjut tentang dunia iblis, Zi."

Zia mengangguk antusias. "Boleh!" ujarnya lalu menggandeng Veela. "Ayo, Kak Veela," ajaknya.

Veela menghembuskan nafas lalu tersenyum dan mulai bersemangat lagi. "Ayo!" jawabnya membuat Akvan meliriknya.

Veela mengenalkan Zia di mana letak ruang meeting, ruang santai dan ruang tempat para iblis beristirahat. Hanya itu saja yang ia perlihatkan, karena Veela agak merasa bersalah saat melihat Zia yang kelelahan.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang