Abimanyu melangkah menuju ruang tamu bersama tiga orang pengawal di belakangnya. Meski Zidan bilang jika Sangga, Satya dan Lintang adalah temannya, namun, Abimanyu tidak bisa percaya begitu saja. Sebagai Ayah yang baik, ia harus menyelidiki siapa teman-teman putranya dan bagaimana latar belakangnya.
Abimanyu duduk di sofa khusus satu orang dengan pengawal yang berdiri di belakang sofa. Ia menatap tiga teman Zidan yang duduk di sofa panjang dengan raut wajah ketakutan.
"Siang," sapa Abimanyu. "Silahkan perkenalkan diri kalian."
Lintang menyenggol Sangga, meminta cowok itu agar memulai berkenalan terlebih dahulu.
"S-siang ... Mr. Abimanyu." Sangga gelagapan. "S-saya Sanggara Prabudi. B-biasanya ... biasa d-dipanggil Sangga." Seluruh tubuh Sangga bergetar membuat Lintang yang ada di sampingnya memberanikan diri untuk memegang punggung tangan cowok itu.
"Lo harus inget kalo Mr. Abimanyu itu manusia, Ngga. Lo harus inget," bisik Lintang kepada Sangga.
"Sanggara Prabudi. Kenapa bisa berteman dengan putra-putri saya?"
"Ayah!" tegur Zidan kurang suka.
Sangga ketar-ketir. Saat di rumah tadi, mamanya bilang kalau Abimanyu itu berbahaya. Abimanyu tidak sebaik itu. Dan Abimanyu punya banyak cara untuk menghancurkan orang yang menyakiti keluarganya.
Perlu kalian tahu, Sangga sudah muntah dua kali di rumah karena grogi akan bertemu Abimanyu.
Tapi, mamanya bilang, adik laki-laki Abimanyu lebih kejam. Sangga enggan mengulik lebih dalam siapa adik Abimanyu karena dirinya sudah mual terlebih dahulu. Ia sedikit takut saat berteman dengan Zidan ataupun Zia.
"Zidan, calm," kata Abimanyu. "Ayah hanya ingin memastikan dia baik atau tidak."
Zidan mendesis. "Ayah, please. Zidan tidak bodoh. Zidan menjadikan mereka teman juga karena mereka lulus seleksi."
"Itu, kan, seleksi kamu, bukan seleksi Ayah," kata Abimanyu sembari terkekeh kecil.
Zidan ingin menyela namun Zia menahan lengannya. Bagi Zia, Abimanyu adalah segalanya. Semua yang menurut Abimanyu baik, bagi Zia juga berarti baik. Karena Zia selalu percaya dengan Ayahnya itu.
"Mr. Abimanyu, s-saya satu kelompok sama Zidan dan Zia. M-makanya kami bisa berteman," kata Sangga. "S-saya ... saya nggak ada niat apa-apa. Saya nggak ada niat morotin uang Zidan sama Zia karena mama saya selalu ngasih saya uang."
Abimanyu mangut-mangut. "Jawaban yang bagus. Kamu ngomong sama saya aja gelagapan, mana mungkin kamu punya niat buruk ke anak-anak saya."
Sangga tersenyum canggung.
Abimanyu menatap Lintang. "Kalo kamu?"
Lintang meremas celananya. Ia mengambil napas, menghembuskannya lalu tersenyum. "S-saya Lintang Senja Anasta. Saya ... saya berteman dengan Zidan dan Zia karena mereka ... manusia."
Tiga pengawal yang berdiri di belakang sofa yang diduduki Abimanyu pun mengerjab.
Mengetahui tiga pengawal yang mengerjab bingung, Lintang pun panik. "M-maksudnya ... maksudnya itu kan Zidan sama Zia manusia. J-jadi saya temenan sama mereka" ralatnya gelagapan lalu menoleh saat Sangga memegang bahunya, menyuruhnya untuk rileks.
"Alasan yang aneh, tapi okay," kata Abimanyu lalu menatap Satya.
Merasa ditatap, Satya pun segera menjawab, "Saya Satya Adya Marcel. Saya berteman dengan Zidan dan Zia karena ya ... saya gemes aja lihat kembaran cewek-cowok."
Abimanyu mengangguk. Ia berdiri dari duduknya. "Ngerjain tugas cerpen? Yakin di sini? Apa ada inspirasi?"
Sangga, Lintang dan Satya mengerjab. Apa ada inspirasi? Mereka melihat lebarnya ruang tamu keluarga Abimanyu saya sudah tercengang. Banyak sekali lukisan dinding mahal, foto keluarga dan barang-barang antik yang diletakkan di talase tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
General FictionNagara series 3 Rumitnya mereka bukan karena cinta beda agama dan bukan karena cinta beda kasta. Tapi, karena cinta beda alam dan cinta beda perasaan. Nicholas, si sulung, menyukai perempuan yang suka dengan saudara kembarnya, Nathan. Nathan, suka...