17. Lusa

65 8 0
                                    

"Lusa, ya?" Nicholas mondar-mandir di ruang tamu. "Cepet amat, sih, Ya Tuhan!" erangnya prustasi.

"Ya mau gimana lagi, udah waktunya, Nic." Nathan menghela napas. "Mana Nabila ternyata ikut misi, sama Demas lagi," ujarnya membuat Nabila menatap kosong ke arah depan.

"Gue harus ngapain, ya?" beo Nabila merasa kalut. "Bohong kalo gue nggak takut."

Nicholas duduk di samping Nabila. "Jangan takut. Kamu nggak sendirian, La. Kamu punya pelindung nantinya. Santai saja," ujarnya menenangkan sang adik.

Digo menghembuskan napas. "Kira-kira misi ini berapa hari, ya?"

Nathan menoleh. "Kenapa emangnya, Go?"

"Minggu depan ada ulangan fisika, anjir! Nyerah deh kalo gue susulan sendiri!" kata Digo membuat Nicholas tercengang.

"Lo itu masih mikir ulangan?!" kesal Nicholas.

"Lah, Nic, gue itu pelajar loh!" ujar Digo. "Nggak aneh, dong, kalo gue mikir ulangan!"

"Ya nggak salah, sih," kata Zia sembari makan es krim. "Gue lusa juga ada ulangan matematika," ujarnya.

Zidan mendengkus. "Misi tetaplah misi. Ulangan mah bisa susulan."

"Nggak bisa nyontek, dong!" seru Zia dan Digo bersamaan.

"Idih, Kak Digo! Jangan plagiat, deh!" ujar Zia kesal kepada Digo.

"Kebetulan doang, Zi. Elu mah gitu doang dipermasalahin," kata Digo mencibir.

"Woiya jelas!" kata Zia lalu melangkah mendekati Nabila. "Kamu kenapa deh, Kak?"

"Depresot aku, Zi," jawab Nabila lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa.

"Gara-gara ikut misi? Santai aja, Kak," kata Zia lalu duduk lesehan di bawah Nabila membuat Nicholas yang semula di atas sofa pun ikut duduk lesehan. "Emang Kakak nggak penasaran sama dunia immortal?"

"Zi, aku sebenernya takut setan," kata Nabila.

"Apa kabar sama gue yang tiap hari liat setan, La," kata Digo. "Lagian, di dunia immortal, mereka nggak nyeremin kok. Mereka wujudnya ya kayak manusia. Karena mereka di sana itu abadi, La."

"Serius lo??" Digo mengangguk membuat Nabila melebarkan mata. "Tampilan mereka nggak aneh-aneh, kan?"

Nabila trauma dengan tampilan Leviathan. Tadi, saat pulang dari belanja, ia sudah mengumpati Leviathan, menyumpah serapahi laki-laki itu karena muncul dengan wajah jelek di hadapannya untuk pertama kali.

"Nggak," jawab Digo.

"Setan itu beraneka ragam, Kak. Ada yang kepalanya mleyot, ada yang kakinya--"

"Adek diem," ujar Zidan memotong ucapan Zia membuat Zia menggerucutkan bibir.

"Mampus lo. Kena sembur sodara lo, kan?" ejek Digo kepada Zia.

"Apasih, Kak?!" kesal Zia memelototi Digo.

Digo mengendikkan bahu lalu berdiri. "Bokap gue udah nelpon, gue mau pulang," ujarnya. "Byee!"

"Byee, Kak Digo! Jangan lupa kalo ada setan minta nebeng ya ditebengin, okeyy??" teriak Zia membuat Digo mengacungkan jempolnya.

"Setan mulu yang dibahas. Bahas yang lain!" kata Nathan mendadak parno.

"Bahas apa? Shea?" goda Nicholas membuat Zia cekikikan.

"Waduh! Abang bener-bener jatuh cinta, ya!" seru Zia membuat Nathan berdecak salah tingkah.

"Nggak apa-apa, La. Its okay," kata Nicholas membuat Nabila tersenyum tipis.

"SELAMAT SORE!!" Abimanyu tersenyum lebar sembari merangkul sang istri. "AYAH SAMA BUNDA PULANG!!"

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang