"Kamu percaya sama saya, kan?" tanya Amon kepada Zia yang berjalan di sampingnya.
"Percaya," jawab Zia. "Lo kenapa nanya gitu?"
"Nanya aja," ujar Amon. "Terima kasih," sambungnya.
Zia mengangguk. "Tapi gue ngerasa aneh sih, hari ini kenapa gue rada goblok, ya?"
"Bukannya setiap hari kamu memang bodoh, ya?" tanya Amon membuat Zia menabok bahunya, tapi tidak bisa karena mereka beda dunia.
"Awas aja ya, kalo gue bisa nyentuh lo, hal pertama yang gue lakuin adalah gue mau nabok elo!" kata Zia sedikit lantang membuat Amon tertawa.
"Dek Zia ngomong sama siapa?" Ibu-ibu yang sedang menyapu depan rumah pun bertanya kepada Zia yang berjalan menelusuri kompleks.
Zia menoleh lalu mengerjab. "Sama temen saya, Bu," jawabnya.
"Temen? Mana?" tanya Ibu itu.
Zia yang kebetulan sedang menggenggam ponsel pun menunjukkan ponselnya. "Ini di HP," jawabnya membuat Ibu itu tersenyum.
"Syukurlah, Ibu kira kamu stress, Dek." Zia tertawa lalu pamit membuat Ibu itu mengangguk mempersilahkan.
"Stress pala lo soang!" Zia mendumel. "Gue masih waras! Jiwa gue masih suci, murni dan belum ternodai! Atas dasar apa dia ngira gue stress?!"
"Kan kamu bicara sendiri," kata Amon menyahut.
"Diem, lo, Amon! Gue nggak ngomong sama lo!" sentak Zia membuat Amon mengatupkan bibir.
Zia berjalan memasuki gerbang rumahnya sembari mendumel. Nicholas dan yang lain pun menatapnya heran, namun ia tidak peduli. Digo menatap asap hitam yang ikut masuk rumah mengekori Zia, ah, dia jadi menyimpulkan kalau di mana ada Zia, di situ ada ... Amon.
"Santai, palingan dia ngomong sama si iblis," kata Digo. "Iblisnya namanya siapa, sih?"
"Human," jawab Biru asal membuat Brigita menggeplak kepalanya.
"Amon, goblok!" ujar Brigita.
"Ya, itu. Zia lagi ngomong sama Amon," kata Digo.
Nabila bergidik. "Kata Zia Amon itu ganteng. Ganteng ya ganteng. Tapi, kenapa sekarang gue merinding, ya?"
"Amon takut sama Hermione nggak, ya?" tanya Brigita.
Digo mendelik. "Hermione nggak bisa ngelihat Amon, bodoh! Hermione itu hewan! Amon itu iblis! Sungguh perbedaan yang tragis."
"Zia kayak orang stress, anjir. Kasian Zidan punya kembaran kayak gitu," kata Bara lalu mengerjab. "Zidan mana, ya? Gue nggak lihat dia dari pagi."
"Demam. Dia kaget pas Zia bilang Amon berdiri di belakang Nicholas," jawab Nathan.
"Sampe demam??" beo Brigita lalu membekap mulutnya.
"Ta, Zidan lebih baik ngadepin Hermione daripada ngadepin iblis," kata Nathan kepada Brigita.
Nicholas menatap Digo. "Kalo Zia adalah orang terpilih buat bisa ngelihat iblis, apakah ada alasan kenapa Zia terpilih, Go?"
"Itu takdir, Nic." Digo menatap Nicholas. "Lo tanya Raka Nagara. Kata bokap gue, beliau punya temen yang dulunya juga iblis."
***
Ponsel Abimanyu yang ada di meja pun berdering membuat pria itu yang semula sedang berbincang dengan Novan Deriandas pun langsung meminta maaf dan meminta waktu untuk menjawab telepon dari ayahnya, Raka.
"Halo? Kenapa, Yah?"
"Hari ini." Hanya itu kata Raka sebelum sambungan terputus.
Tubuh Abimanyu menegang. Ia kehabisan kata-kata. Otaknya dipenuhi dengan 'bagaimana semesta mempermainkan Zia?'
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
Narrativa generaleNagara series 3 Rumitnya mereka bukan karena cinta beda agama dan bukan karena cinta beda kasta. Tapi, karena cinta beda alam dan cinta beda perasaan. Nicholas, si sulung, menyukai perempuan yang suka dengan saudara kembarnya, Nathan. Nathan, suka...