22. Bertemu

58 7 0
                                    

"Kamu siapa? Aku baru lihat kamu pertama kali di sini," ujar makhluk dengan rambut gondrong itu.

"Aku pendatang baru. Namaku Zia. Salam kenal," kata Zia lancar tanpa hambatan.

Makhluk itu tersenyum. "Aku Emil," ujarnya membuat Zia mengangguk.

"Sebenarnya, kalian itu di sini ngapain?" tanya Zia. "Maaf sebelumnya, soalnya ini aku pertama kali kayak gini."

Emil tersenyum. "Berjaga. Kami takut kalau ada bangsa iblis yang datang untuk membebaskan raja mereka," jawabnya.

"Loh, raja mereka di mana memangnya?" tanya Zia berpura-pura.

Amon yang ada di samping Zia pun melirik gadis itu. Pintar sekali dia berpura-pura, ya!

"Ditangkap bangsa immortal," jawab Emil.

"Kenapa ditangkap, Emil?" tanya Zia mencari info.

Mendengar pertanyaan Zia, Amon pun menoleh. "Ayo pergi," ajak Amon membuat Emil menoleh.

"Hei, dude," sapa Emil kepada Amon. "Kamu kenapa?"

Amon tersenyum tipis. "Aku sama Zia pendatang baru. Jadi, kami mau berkeliling terlebih dahulu," ujarnya.

"Oh, yeaa, silahkan," kata Emil mempersilahkan.

"Amon, aku--" Zia menggerucutkan bibir saat Amon menariknya untuk menjauhi Emil.

"Dengar, Zia, jangan mencari tau apa yang seharusnya belum boleh untuk kamu tau," kata Amon. "Karena itu akan membahayakan kamu sendiri."

Zia diam lalu mangut-mangut. "Okeyy, sorry, Amon," ucapnya meminta maaf.

Amon tersenyum. "Maaf diterima, Zia," jawabnya.

Dari kejauhan, Emil tersenyum penuh arti. "Dia telah datang," gumamnya.

***


Stella duduk di bangku pinggir lapangan. Ia mendengkus saat lagi-lagi melihat Nathan yang sedang merecoki Shea.

"DOR!!" Stella berjengit kaget. "Stella jeruk yang bikin mabuk lagi liatin apa??" Ebi, teman kecil Stella pun kembali rusuh.

Kalo ada Ebi, pasti ada ...

"LIATIN KAPTEN VOLI, YA??" Jaren yang ada di samping Ebi pun berseru membuat Stella langsung memelototi cowok itu.

Jaren cengar-cengir. "Jadi beneran?" beonya. "Gue aduin mama lo, ah!"

Stella menabok paha Jaren. "Berani lo ngaduin mama, gue cekek lo!"

"Uuuuu takutt," kata Ebi dengan menampilkan raut wajah ketakutan.

Jaren tertawa. "Mau gue bantu, nggak?" tanyanya kepada Stella.

Stella berdecak kesal. "Pasti rencana lo buat bantu gue itu lo mau deketin Shea biar gue bisa deketin Nathan, kan?" tudingnya membuat Jaren menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Tuh, kan!" seru Stella. "Males, ah! Kasian Shea. Pasti dia tertekan dideketin cowok kayak lo!"

Jaren mendelik. "Matamu, Stell Stell!"

Ebi menghembuskan napas lelah. "Jangan debat terus ya adik-adik. Kakak Ebi pusing, nih," ujarnya.

"Dia tuh yang mulai!" kata Stella memelototi Jaren.

"Dih! Kok gue?!" kesal Jaren menunjuk dirinya sendiri.

"Jaren diem. Gue bilangin bunda lo ya kalo lo nggak mau diem!" ancam Ebi membuat Jaren menggerucutkan bibir.

"Mampus lo!" ejek Stella.

"Stella jeruk lo juga diem! Mau gue masukin mobil yang penuh dengan stella jeruk biar lo mabok? Mau??" Ebi mengancam Stella membuat Stella mengumpat kesal.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang