3. Saudara kembar

95 11 0
                                    

Zia keluar dari kamar mandi dengan memakai hotpants setengah paha dan atasan kaos oblong warna abu. Ia menggosok-gosok rambutnya yang basah karena habis keramas. Ia yang hendak duduk di kursi rias pun mengerjabkan mata saat melihat sosok makhluk berjubah hitam yang berdiri di sudut kamarnya.

Makhluk itu mempunyai paras yang tampan dan rupawan. Zia sampai tercengang saat melihatnya.

Rambutnya hitam acak-acakan, alisnya tebal, rahangnya kokoh, hidungnya mancung, bola matanya biru dan bibirnya yang merah muda alami.

Zia terpengarah. "Gila! Lo jodoh gue, ya?!"

Makhluk itu menaikkan satu alisnya. Menahan kekehan. "Iya," jawabnya dengan suara berat.

Zia membekap mulutnya tak percaya. "Serius??" ujarnya lalu berdehem. "Punya apa lo sampe mau nikahin gue? Gini, ya, gue itu si bungsu Nagara. Gue harus hidup nyaman, tentram dan aman karena ayah gue selalu mastiin kalo gue serba kecukupan. Kalo lo nggak bisa nanggung semua yang gue butuhkan kayak ayah gue, ayah gue nggak bakalan mau punya menantu kayak lo." Zia jadi nyerocos ke mana-mana.

"Diamond," kata makhluk itu.

Zia mengerjab. "Lo mau ngasih gue diamond? Boleh! Dengan senang hati gue nerima diamond dari lo!"

"Nama saya Diamond."

Zia mendelik. "Oh, nama lo," ujarnya lalu meletakkan handuk ke gantungan. "Gue kira lo mau ngasih gue diamond."

Zia mengeringkan rambutnya menggunakan alat pengering rambut. Setelah rambutnya kering, ia memakai lotion untuk tangan dan kakinya lalu ia juga memakai lipbalm.

Sedari tadi, Diamond yang biasa disapa Amon itu terus memerhatikan apa yang dilakukan Zia.

Merasa diperhatikan, Zia pun menoleh. "Lo kok bisa ada di kamar gue, sih?" tanyanya.

Sedetik kemudian, Zia membulatkan mata. "LO KOK BISA DI KAMAR GUE?! LO LEWAT MANA??" pekiknya dengan mata melotot. "NGAKU LO!! LO MAU MALING, KAN?!"

"Santai dulu," kata Amon.

Zia menatap tajam Amon. "GIMANA BISA SANTAI?! GUE AJA NGGAK KENAL SAMA LO!!"

"Kamu tadi santai, kenapa sekarang panik?" tanya Amon heran.

Zia berdecak, "Itu karena gue lupa gimana caranya panik! Lo bikin salah fokus sih!" jujurnya.

"Saya?" Amon menunjuk dirinya sendiri membuat Zia mengangguk. "Ah, terima kasih."

Zia mengerjab. "Serius, deh, lo siapa?"

"Amon," jawab Amon.

"Bukan itu maksud gue!" Zia mendadak kesal. Ia bahkan memukul meja riasnya sendiri. "Lo itu kenapa bisa di sini?"

"Saya bisa terbang." Zia tertawa ngakak saat mendengar jawaban Amon.

"Lo kalo terbang wujudnya gimana? Lo cosplay jadi kupu-kupu, ya?" ujar Zia di sisa-sisa tawanya.

"Saya iblis," kata Amon membuat Zia tercenung.

Hening.

"Tidak ada orang lain yang bisa melihat saya di sini, kecuali kamu," kata Amon.

"Gue bisa lihat iblis?" beo Zia lemot.

"Kamu bisa lihat saya, kan?" Zia mengangguk polos. "Ya sudah, berarti kamu bisa lihat iblis."

"Bentar-bentar." Kedua tangan Zia memegang kepala dengan posisi cewek itu yang duduk di kursi rias. "Iblis itu makhluk yang kayak gimana? Lo jahat apa enggak, sih?"

Amon mengerjab. Benar kata Leviathan, gadis yang bernama Zia Veronica Nagara ini memang lemot, lelet, bego dan bikin emosi.






RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang