4. Pelindung

87 12 0
                                    

Abimanyu masuk ke mansion milik Raka Nagara, ayahnya. Para bodyguard bersetelan serba hitam yang berjejer di sepanjang halaman mansion sampai pintu utama pun menunduk hormat kepada putra sulung Raka Nagara.

"Abimanyu!" Kayla, wanita yang awet muda itu berjalan ke arah Abimanyu. Rambut Kayla sudah memutih, meski begitu, beliau tetap lincah dan selalu tersenyum ramah.

"Bunda," ujar Abimanyu lalu melangkah untuk memeluk Bundanya.

Kayla tersenyum. "Anak-anak mana?"

"Sekolah, Bun," jawab Abimanyu.

Kayla nyengir. "Oh, iya! Lupa!" ujarnya. "Maklum, udah tua, jadi pikun! Hehe."

"Ayah mana, Bun?" tanya Abimanyu membuat Kayla mengerutkan kening.

"Kenapa nyari ayah? Kamu ada masalah sama ayahmu?" tanya Kayla. "Ayahmu di ruang kerjanya, entah memikirkan apa, tapi, dari dua hari yang lalu, dia selalu melamun."

Kayla memicingkan mata kesal. "Bunda jadi curiga kalau dia naksir sama perempuan muda!"

Abimanyu mengerjab. "Bunda? Kenapa ngomong gitu?"

"Abimanyu. Bunda sama Ayah udah nggak bisa seks lagi dikarenakan umur. Bunda itu takut, takut Ayahmu main wanita di belakang Bunda. Apalagi Ayahmu awet muda banget, kan?" cerocos Kayla.

Abimanyu terkekeh. "Bun, ayah itu cinta mati sama Bunda. Gimana bisa ayah main sama wanita lain di belakang Bunda?"

Kayla mendesis. "Asal kamu tau, ya, Abimanyu. Ayahmu itu jarang banget bersikap romantis ke Bunda akhir-akhir ini! Dia itu selalu di tempat kerja, kerja dan kerja. Bahkan, saat Bunda ngajak makan malam bareng pun dia nolak!"

"Serius?" Kayla mengangguk cepat.

"Tau, ah! Bunda pundung aja! Males sama Ayahmu!" kesal Kayla lalu berbalik dan melangkah menuju perpustakaan.

Abimanyu menghela napas. Ia melangkah memasuki ruang kerja Raka membuat Raka yang sedang membaca buku pun menoleh.

"Pagi," sapa Abimanyu membuat Raka menutup buku yang ia baca.

"Duduk," kata Raka membuat Abimanyu duduk di hadapannya.

"Ada apa, Ayah? Kenapa minta Abi datang?" tanya Abimanyu.

"Ada hal penting yang harus kita bicarakan," kata Raka membuat Abimanyu berdecak.

"Sepenting apa? Ayah tau, Bunda sedih karena beberapa hari ini Ayah cuekin! Ayah sebenarnya kenapa, sih?" kesal Abimanyu.

Raka menghembuskan napas. "Serius dia sedih?"

"Pikir aja sendiri!" kesal Abimanyu. "Ayah udah janji ke Abimanyu buat nggak nyakitin Bunda, kan? Mana janji Ayah?" Abimanyu tersenyum sinis.

"Abimanyu, dengerin dulu," kata Raka mendadak merasa pusing.

"Whats wrong?" tanya Abimanyu.

"Dia datang," kata Raka membuat Abimanyu membeku di tempatnya. "Penjaga Zia telah datang."

***


Sangga menipiskan bibir saat Lintang duduk di sampingnya. "Kita satu kelompok, ya?" tanyanya basa-basi.

Lintang, cewek berambut pendek sebahu itu mengangguk. "Sama mereka juga," ucapnya dengan memajukan dagu, menunjuk Zidan dan Zia yang sedang memakan bekal di bangku depan.

Sangga panas dingin di tempatnya. "Lo tau, kan?" Lintang menoleh, mengerutkan kening. "Mereka anaknya Abimanyu. Gue jadi ngeri."

"Yang penting mereka manusia, kan?" ujar Lintang lalu terkekeh. "Santai aja, tuh, Satya aja udah mau SKSD sama mereka," ujarnya saat melihat Satya mendekati Zidan dan Zia untuk diajak berkenalan.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang