24. Guncangan

58 11 0
                                    

"Long time no see, Leviathan."

Lavaier menyapa teman lamanya. Tatapannya menghunus dan senyumnya meremehkan membuat Leviathan yang dikurung di penjara bersama Nabila pun mendesis sinis.

"Dia siapa?" bisik Nabila kepada Leviathan.

Leviathan menoleh. "Makhluk berbisa," jawabnya.

Nabila membulatkan mata. "Ular?? Serius dia berbisa??"

Lavaier tertawa. "Siapa gadis itu? Dia begitu polos sampai ingin rasanya aku mencekiknya."

"Jangan menyentuhnya, keparat!" sentak Leviathan.

Lavaier menautkan alis lalu mengangkat kedua tangannya. "Siapa yang menyentuhnya?" Ia bertanya. "Tidak ada yang menyentuhnya."

Nabila menatap Lavaier kurang suka. "Lo siapa, sih?"

Lavaier tertawa renyah. "Kau belum tau siapa aku, gadis kecil?"

Nabila bergidik. "Gadis kecil apaan?! Gue udah besar, bego!"

"Gadis yang menarik," cetus Lavaier. "Siapa namamu?"

"Rahasia," jawab Nabila. "Lo nggak perlu tau."

"Baiklah." Lavaier mangut-mangut. "Bagaimana kalo kita berkenalan? Saat kau menjadi temanku, mungkin, umurmu akan panjang."

"Jangan mengganggunya, bajingan," kata Leviathan tersulut.

"Aku tidak mengganggunya, bodoh!" seru Lavaier. "Hanya saja, mungkin, nasibnya akan seperti adikku."

Leviathan mengeraskan rahang. "Tidak akan! Memangnya adikmu kenapa? Adikmu masih sehat, bodoh!"

"Sehat fisik bukan berarti sehat akal, bajingan!" Lavaier yang memancing pun ikut terpancing.

"Dasar anjing!" umpat Nabila. "Lo ngapain misuh-misuh, babi?!"

Lavaier menghembuskan napas. "Kalian akan mati."

Itu kata terakhir Lavaier sebelum akhirnya ia keluar dari ruangan gelap yang dihuni oleh Leviathan dan Nabila.

***


Zia dan Amon bertemu dengan Digo dan Asmodeus, tepat di pintu utama dunia immortal. Mereka saling tatap. Saat menatap mata Digo, Zia pun kaget.

"Kok wajah gue jadi gini?!" pekik Zia dengan tangan kiri yang memegang wajahnya, sementara tangan kanannya masih digenggam Amon.

"Aelah, wajah doang dipermasalahin!" komentar Digo kesal. "Kakak lo ketangkep, Zi," sambungnya.

"Tau, kok," jawab Zia. "Palingan dia baik-baik aja. Seorang Nabila pasti punya banyak cara untuk membuat lawan bicaranya kesal, Kak Digo."

Digo mengusap tengkuknya dengan telinga memerah.

"Kamu kenapa, Go?" tanya Asmodeus sengaja.

Digo menoleh. "Gue kenapa emang?? Gue nggak kenapa-napa!" jawabnya agak sewot.

"Yakin?" tanya Amon.

"Yakinlah!" jawab Digo.

"Jawabnya santai saja, Digo. Tidak perlu berteriak juga," kata Asmodeus.

Digo berdecak lalu mengiakan saja. Jujur, dirinya agak kalut saat mendapat kabar jika Nabila tertangkap. Mungkin, saat ini, Nabila sedang berada di kurungan bersama Leviathan. Berdoa saja semoga mereka tidak disiksa.

"Maaf terlambat." Malphas datang bersama Demas yang pucat pasi di sampingnya.

"Lo kenapa?" tanya Digo kepada Demas.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang