Zia menuruni tangga dengan piyama yang masih melekat di tubuhnya. Rambutnya masih acak-acakan dan matanya menyipit, merasa ada yang aneh.
"Pagi, Zia!" sapa Biru membuat Brigita yang sedang memeluk toples berisikan keripik pun langsung melangkah untuk memukul kepalanya. "Gue salah apa, sih, Ta?!"
"Berisik tau, nggak?! Zia baru bangun! Eneg banget pasti baru bangun tapi denger suara lo!" seru Brigita lalu duduk di sofa khusus satu orang.
"MAMI!! BRIGITA NGEJEK, NIH!! ADUIN OM RION BIAR HERMIONE DISEMBELIH, MI!!" teriak Biru mengadu kepada Bunga yang sedang sibuk bergosip ria di dapur bersama Mentari dan Echa.
Brigita melotot saat Biru mencantumkan nama harimau kesayangannya. "Lo jangan berani-berani sama adek angkat gue ya!"
Bara yang baru datang dengan membawa sepiring brownies pun mengerjab. "Hermione adek angkat lo?"
"Iyalah!" jawab Brigira bangga.
"Kasian Hermione punya kakak sableng kayak lo," kata Bara lalu kaget saat Zia mengambil satu brownies yang ada di piring yang ia bawa. "Kaget, Zi! Bilang permisi, kek!"
Zia menggaruk kepalanya menggunakan tangan kiri. "Kalian nginep sini, ya?"
Bara, Biru dan Brigita mengerjab, lalu saling tatap.
"Semalem kalian di sini pasti, ya? Maklum, sih, ini, kan hari libur," kata Zia lalu mengunyah browniesnya.
"Zi? Lo sehat?" tanya Biru agak khawatir.
Zia menggeleng. "Gue juga nggak tau. Gue mendadak lupa kemarin malam makan sama apa," ujarnya.
Bara membekap mulutnya. "Lo insomnia??"
Brigita berdecak lalu menginjak kaki Bara. "Amnesia, goblok! Malu-maluin gue, lo!"
Zia mengerjab. "Tadi malam di sini ada acara apa, sih?"
Biru tercengang. "Mana gue tau. Kan yang punya rumah itu lo, Zi ..."
"Gue lupa," kata Zia. "Beneran, deh. Gue nggak inget apa-apa soal tadi malam."
"Gubernur Jawa Tengah siapa, Zi?" tanya Bara.
"Pak Ganjar," jawab Zia.
Bara menghembuskan napas lega. "Lo masih inget. Itu berarti lo cuma lupa kejadian semalam doang, sih, kayaknya." Ia pun duduk, bersila lalu makan browniesnya tanpa beban.
"Permisi, selamat pagi!"
Semua menoleh ke arah pintu utama, mendapati sosok wanita dengan setelan santai yang melangkah bersama sosok gadis yang memakai kulot dan atasan kaos hitam polos.
"Marsya??" Brigita memekik heboh. Ia berdiri dan langsung memeluk Marsya membuat Lavina, sang Mama pun tersenyum.
"Take care. Mama ke dapur dulu," kata Lavina lalu melangkah ke arah dapur.
Bara memandang kagum ke arah Lavina yang sudah memasuki dapur. "Gila, auranya nggak main-main bos!"
Biru berdecak, lalu mendelik saat mendapati Zia yang masih berdiri dengan tangan yang mengacak-acak rambut.
"Zi, lo kayaknya beneran nggak waras," kata Biru.
Bara menoleh. "Zi! Sadar!" sentaknya membuat Zia kaget dan menoleh. "Zi? Lo gila? Stress? Depresi? Apa kekurangan uang?"
Brigita yang datang bersama Marsya pun menggeplak kepala Biru, menyuruh Biru geser lalu ia duduk bersama Marsya dengan Biru yang ada di sisi kirinya.
"Nggak tau! Gue pusing! Gue bingung!" Zia memekik histeris. "Bunda!!" teriaknya lalu berlari kecil ke arah dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
General FictionNagara series 3 Rumitnya mereka bukan karena cinta beda agama dan bukan karena cinta beda kasta. Tapi, karena cinta beda alam dan cinta beda perasaan. Nicholas, si sulung, menyukai perempuan yang suka dengan saudara kembarnya, Nathan. Nathan, suka...