15. Surat kedua dan pendekatan

70 7 0
                                    

"Lo kerja di sini?"

"Mau pesan apa?" tanya Shea tersenyum sopan ke arah Nathan. Ia menarik buku menu lalu menyodorkan ke arah Nathan. "Ini buku menunya."

Nathan menipiskan bibir lalu membuka buku menu itu. "Greentea satu. Taro satu. Vanila tiga. Sama kebabnya lima. Bungkus, ya."

Shea mencatat pesanan itu lalu tersenyum. "Pesanan atas nama siapa?"

"Atas nama 'yang mencintai saya'," jawab Nathan membuat Shea menggerutu dalam hati, namun, ia tetap tersenyum dan mengangguk.

Nathan terkekeh lalu duduk menunggu. Membuka roomchat grub 'PARA DEDEMIT ONLINE'. Sembari menahan senyum, ia mengetik sesuatu.

PARA DEDEMIT ONLINE

Nathan : asal kalian tau

Bara : tapi kita tidak tau

Nathan : gue blm ngomong bgst

Biru : ya nath, cepet atuh mau ngomong apa

Nathan : shea kerja di caffe cendana

Nabila : shea si cewe yg abang taksir?? Demi who??

Brigita : nath lo sekarang pasti di sana kan?

Nathan : iya

Digo : waduh

Digo : pepet terus nath

Biru : jangan lupa basa basi nath

Bara : jangan lupa gombal nath

Nabila : jgn lupa minta no wa nath

Brigita : jangan lupa senyum nath

Nicholas : jangan lupa nyatain cinta nath

Brigita : nicholas wowww

Nathan : ok ok

Nathan memasukkan ponselnya ke dalam saku hoodie. Ia tersenyum lalu menopang dagu dan menatap Shea yang sedang berbicara kepada pembeli dan sesekali menunduk untuk mencatat.

Nathan akan sering datang ke caffe ini kalo begitu.

"Atas nama 'yang mencintai saya', pesanan sudah jadi," kata Shea lantang membuat penghuni caffe menoleh.

Nathan berdiri membuat mereka menahan napas. Tampan sekali.

"Berapa?" tanya Nathan begitu sudah berdiri di hadapan Shea, hanya terhalang meja panjang.

"Sembilan puluh tiga tibu," jawab Shea sembari tersenyum manis.

Nathan menyodorkan selembar uang seratus ribu membuat Shea menerimanya lalu mengambilkan nota dan uang kembalian.

"Kembaliannya tujuh ribu." Nathan menerima sodoran uang dari Shea. Shea tersenyum sopan. "Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan datang lain kali."

"Lo minta gue dateng lagi?" tanya Nathan benar-benar banting stir saat di depan Shea.

"Benar. Karena anda adalah pelanggan kami," jawab Shea sembari menunduk sopan.

"Berarti boleh datang lagi, ya?" tanya Nathan membuat Shea mengangguk.

Nathan tersenyum miring. "Kalo minta nomor lo, boleh nggak?"

Shea mendesis kesal. "Maaf, di belakang sudah ada yang menunggu."

Nathan terkekeh. "Okay. Gue duluan, Sheanna," ucapnya lalu berjalan keluar dari caffe dengan senyuman salah tingkah.

"Anjing, anjing," ujarnya sembari menahan debaran jantung yang menggila.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang