30. Menunggu dan datang

62 10 0
                                    

"Selamat dat--"

"Dat? Dat apa?" Nathan bertanya kepada Shea yang mematung di hadapannya.

"Selamat datang. Silahkan pilih menu yang cocok," ujar Shea lalu menyerahkan buku menu kepada Nathan.

"Jalan sama gue, yuk, She?" ajak Nathan blak-blakan.

Shea mendelik lalu menggeleng. "Gue harus kerja. Lo kalo nggak pesen, mending keluar dari caffe ini."

"Cuma bentar. Hari ini ijin kan bisa," kata Nathan memaksa.

"Nggak bisa. Lo nggak sepenting itu buat bisa jalan sama gue, Nath," kata Shea menatap tajam Nathan. "Mending lo pergi aja."

"Sheanna?" Shea menoleh lalu terkejut saat pemilik caffe datang dan berdiri di sebelah Nathan. "Ada pelayan baru yang saya uji coba. Kamu bisa berhenti kerja selama 4 jam ke depan."

Shea terpengarah. "Baik, Pak," jawabnya.

Nathan tersenyum miring. "Ayo jalan sama gue," ujarnya.

Shea tidak mempedulikan Nathan. Ia melangkah ke ruang ganti untuk ganti baju. Saat ini, ia sudah memakai kulot coksu selutut dengan atasan kaos warna hitam.

Begitu keluar dari caffe, Shea langsung dihadang Nathan.

"Mau ke mana?" Nathan cengar-cengir. "Ayo jalan."

Percayalah, hanya di depan Shea, Nathan berlagak seperti ini.

"Gue sibuk. Gue mau beliin adek gue--"

"Gue ikut. Gue yang traktir," kata Nathan menyela.

Shea mendesis. "Lo itu batu banget, sih?! Sana sama Stella aja!"

Nathan mengerjab. "Kok jadi bawa-bawa Stella, sih?"

"Stella suka sama lo! Nyadar dong jadi cowok!" Shea melirik sinis.

"Tapi gue sukanya sama elo," cetus Nathan.

Shea menghembuskan napas. "Buaya lo," ujarnya lalu melangkah menjauh dari caffe.

Nathan mengekori Shea dari belakang dan sesekali menarik-narik tas selempang gadis itu. "Ayo jalaan."

"Nggak. Gue males," jawab Shea ketus. "Lo ngapain ngikutin gue?!" Ia berhenti lalu berkacak pinggang sembari menatap Nathan.

"Kan mau ngajak lo jalan," jawab Nathan.

Shea berdecak. Ia menjewer telinga Nathan saking kesalnya. "Kan udah gue bilang kalo gue itu nggak mau!"

"Aduh! Aduh! Iya, She. Lepasin dulu! Sakit, Shea!"

Shea menjauhkan tangannya dari telinga Nathan. Nathan mengusap-usap telinganya yang memerah membuat Shea menaikkan satu alisnya lalu mengalihkan pandangan.

"L-lo pergi aja sana!" usir Shea.

Nathan membulatkan mata. "Kok ngusir??"

"Gue nggak mau jalan sama lo!" kesal Shea. "Lo denger, kan? Apa perlu telinga lo gue jewer lagi??"

Nathan menggerucutkan bibir. Ia mengalihkan pandangan lalu mengerutkan kening saat melihat Nicholas yang naik motor membonceng cewek. Namun, cewek itu bukan Brigita. Cewek yang dibonceng Nicholas pun menoleh membuat Nathan melebarkan mata saat tahu siapa cewek itu.

Shea melihat ke arah apa yang dilihat Nathan.

"Itu Stella. Cemburu lo?" tanya Shea. "Merasa kehilangan karena Stella udah nggak ngejar-ngejar lo lagi?"

Shea mendesis. "Udah gue duga, lo itu buaya."

Shea tertawa renyah. "Beneran dilihatin sampe jauh."

Nathan menoleh. "Gue kaget aja. Bukan kaget karena Stella sama cowok lain, tapi karena cowok yang sekarang sama Stella itu Nicholas."

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang