Zia dan Amon muncul dari belakang Lucifer. Lucifer menoleh lalu tersenyum miring membuat Lavaier mengerang.
"Membawa bala bantuan? Childish sekali!"
"Lo juga bawa. Makhluk imajinasi mau lo apain, woi?!" teriak Zia.
Zia memutar-mutar tongkatnya. "Makhluk yang lo kendaliin, yang kayaknya tinggal separuh ini, bakalan gue matiin semuanya, Lavaier."
Amon mendekat ke arah Lucifer. "Tebas habis Lavaier. Kau harus membalaskan dendammu. Kau tau, Lucifer. Kalau sampai kau kalah, Lavaier akan mengambil Veela dan aku tidak bisa menolong karena hal itu berada di luar kendaliku."
Lucifer mengeraskan rahang lalu tersenyum miring.
Zia mendekat ke arah Lavaier dengan memutar-mutar tongkatnya. "Mau ngerasain sensasi ketonjok tongkat gue, nggak?" Ia pun mengerutkan kening. "Nggak, deh. Kan lo bakalan abadi dan nggak berkutik lagi kalo dibunuh Raja iblis."
Zia melewati Lavaier, diikuti oleh Amon yang ada di belakangnya. Ia menatap tajam beberapa makhluk yang ada di hadapannya membuat Amon kembali mengeluarkan pedangnya.
Zia memutar-mutar tongkat sembari berjalan membuat Amon terus menebas makhluk imajinasi yang terpental karena terkena tongkat Zia.
"Ayo kita mulai saja, Lucifer!" Lavaier mengeluarkan pedang dari dalam jubahnya.
Lucifer tersenyum miring. Ia melangkah maju membuat Lavaier menjulurkan pedang yang bertujuan untuk menebas lehernya. Namun, ia lebih dulu membungkuk dan menebas kaki kiri kakaknya itu.
"KEPARAT!!" teriak Lavaier saat merasakan sakit yang luar biasa.
Pedang yang ada di genggaman Lavaier pun terjatuh membuat Lucifer langsung menebas kaki kanan beserta kedua lengan Lavaier.
"Kau tersiksa?" Lucifer tertawa mengejek. "Keparat tak punya hati bisa tersiksa juga?"
"Sialan, k-kau!" umpat Lavaier mencoba bergerak meski kedua tangan dan kakinya sudah ditebas oleh Lucifer.
"Sial-sial begini, aku tetaplah adikmu, Kak."
Lavaier termenung.
"Kita menghabiskan masa kecil bersama dan aku tidak percaya jika kau mempunyai niat sepicik itu."
Lavaier masih diam.
"Kau mengajarkan aku tentang pengertian dunia dan macam-macam dunia. Kau menyuruhku untuk melakukan kebaikan yang membanggakan. Tapi, mengapa kau melakukan kesalahan yang sangat fatal, Kak?"
Lavaier mengalihkan pandangan.
Lucifer menoleh. Ia membulatkan mata saat melihat Zia yang menuju ke pojokan. "STOP, ZIA!! ITU JEBAKAN!!"
Zia tergelincir lalu terjatuh ke kedalaman yang jauh dari dunia. Amon terkejut dan segera melangkah untuk menyusul Zia, namun, lubang yang licin tak lagi terlihat.
Lavaier diam-diam tersenyum miring.
"KEPARAT!!" umpat Amon lalu melempar pedangnya ke segala arah. "KAU MENJEBAK GADISKU?!" tuduhnya kepada Lavaier.
Amon melangkah menghampiri Lavaier dengan mata memerah. Ia mengeraskan rahang lalu tangannya terkepal. "KE MANA GADISKU?!"
"Jauh, di pedalaman," jawab Lavaier tenang.
Lucifer diam mematung. "Amon," panggilnya. "Kenapa kau ke sana? Kau tau, itu adalah jurang maut. Kau ... gila?"
Amon terdiam dengan jantung berdegup kencang. Tubuhnya mendadak kaku
Tatapan Amon semakin sayu. Tubuhnya melemas. "Daddy, help me ... " lirihnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
General FictionNagara series 3 Rumitnya mereka bukan karena cinta beda agama dan bukan karena cinta beda kasta. Tapi, karena cinta beda alam dan cinta beda perasaan. Nicholas, si sulung, menyukai perempuan yang suka dengan saudara kembarnya, Nathan. Nathan, suka...