03 - Cháilants

6 3 0
                                    

Kemenangan besar di peperangan kedua oleh pihak Treaston tidak dibiarkan bertahan lama. Sesaat setelah kemenangan itu diraih, Raja Magnus sudah mengumpulkan para petinggi kerajaan untuk mendiskusikan penyerangan selanjutnya: Kerajaan Allandor.

Dan meskipun kemenangan mereka pada Kerajaan Korrona terlihat cukup sesuai rencana, Magnus masih memperlihatkan ketidakpuasannya pada hasil di luar kemenangan, karena dia tidak mendapatkan relik-relik yang dia cari dan tidak mendapatkan laporan mengenai kematian musuh yang diincar.

Sementara itu, tim yang dibentuk untuk mencari relik diganti. Namun nasib baik masih berada di tangan Valgard, karena dia masih digunakan pada tim baru yang akan dibentuk. Selain dia, Anerea dipanggil kembali untuk membantu melacak di mana keberadaan relik—namun tidak memimpin tim. Selain Valgard dan Anerea, tim itu berisi: Griselda – The Paladin (The Third) sebagai pemimpin menggantikan Lessel, Marion – The Fearless (The Seventh), Aelis – The Assassin (The Ninth), dan Samson – The Hawk (The Eleventh).

Walau entah bagaimana merasa lega, Valgard masih tidak mendapatkan ucapan terima kasih atas kerja kerasnya. Dan satu hal inilah yang mendorongnya mengenai apa yang ia hendak rencanakan dengan sang pangeran yang beberapa minggu lalu ia selamatkan.

"Penasihat Rhazien," ujar Magnus setelah semua petinggi kerajaan berlalu dari hadapannya.

"Ya, Yang Mulia." Rhazien mendekat kepada sang raja yang masih terduduk di singgasananya. Kepulangannya ke Kastel Faemley sangat mendadak, begitu pula dengan pertemuan yang baru saja usai dengan cepat ini.

"Aku ingin membentuk tim baru untuk mencari relik."

"Baik, Yang Mulia. Anda ingin Nomor berapa?"

"Aku ingin nomor tiga, nomor tujuh, nomor sembilan, dan nomor sebelas," ucapnya, namun dia belum selesai. "Aku juga ingin nomor dua kembali... dan nomor lima."

Penasihat itu mengerutkan dahi, tidak biasa sang raja meminta hampir setengah dari Elite Thirteen untuk melacak keberadaan relik. Atau... sang raja sudah muak menganggap remeh betapa pentingnya pekerjaan melacak seperti ini?

"Baik, Yang Mulia." Rhazien mulai memanggil satu persatu dari Elite Thirteen yang disebutkan. Dan seperti ketika pertama Elite Thirteen dipanggil, mereka datang dari asap hitam yang dengan pekat menyelubungi aula istana.

Griselda, Sang Paladin. Wanita ini bukan wanita yang dapat diremehkan. Jauh sebelum Treaston dipimpin oleh Magnus, dan ketika sihir gelap mulai menyelubungi Nazrrog, Griselda adalah Tangan Kanan Sang Raja. Dedikasinya sangat tinggi sehingga dia diberikan kesempatan kedua dan dibangkitkan untuk menjadi salah satu Elite Thirteen terkuat.

Seperti Griselda, Anerea Sang Penyihir Bijaksana, juga bukan wanita yang dapat diremehkan. Meski datang dalam lini waktu yang sama dengan Griselda, namun blood elf ini datang dari latar belakang yang sangat berbeda, begitu pula dengan kekuatan yang dimilikinya.

Berbeda dengan dua wanita barusan, Marion Yang Tak Kenal Takut ini datang dari belahan Nazrrog yang lain. Dia seorang Orc—yang dikenal sebagai makhluk liar dan beringas. Bisa dikatakan bahwa Marion merupakan anggota Elite Thirteen yang datang dari lini waktu paling awal; sebelum kekuatan sihir merajalela di Nazrrog.

Lalu, ada Aelis Sang Pembunuh. Cantra berbulu putih keperakan ini memanfaatkan ilmu sihirnya untuk menuntaskan setiap misi pembunuhan yang diberikan padanya. Dan dia selalu menuntaskan misi-misinya. Konon, Aelis datang dari tanah makhluk berbulu seperti pada umumnya, namun tidak yang tahu secara pasti dari tanah yang mana.

Dan yang terakhir, Samson Si Elang. Dwarf ini adalah salah seorang pemberontak yang memantik propaganda yang memicu peperangan antara Kerajaan Juvis dan Kerajaan Everal sesaat setelah Kerajaan Juvis membebaskan diri dari Kerajaan Everal. Untuk dirinya sendiri, Samson merasa lebih tertarik pada strategi perang dan politik kerajaan daripada harus terjun sendiri secara langsung ke medan pertempuran.

The Nightingale WhisperersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang